31 Juli 2008

TANPA JUDUL......

Dalam hidup sering kita jumpa berbagai masalah yang kadang bingung bagaimana menyelesaikannya. Ini umum dialami setiap orang, sekalipun dia cerdas dan berpengetahuan luas. Karena masalah hidup itu selalu mengikuti tingkat kecerdasan, pemikiran, pengetahuan, status dan atribut-atribut lain yang dimiliki orang tersebut. Semakin tinggi atribut yang dimiliki maka problemnya pun akan semakin tinggi pula. Adakah manusia yang dapat mejawab atau menyelesaikan setiap problemnya? Saya pikir seberapa supernya manusia itu, pasti pernah gagal dalam menyelesaikan problemnya. Jika ada orang yang mengaku tak pernah gagal dalam menyelesaikan problemnya, maka boleh juga di beranggapan seperti itu. Yang jelas dengan anggapan seperti itu pun artinya dia telah gagal sebelum melangkah. Letak kegagalan orang tersebut berada pada cara berfikir yang salah, tidak mengakui kelemahan diri, sombong dan justru dengan sikap demikian itu dia telah menunjukan kebodohannya dalam memandang hidup. Jika dia sekarang hidup, bukankah pada saatnya pasti dia akan mengalami kematian? Dan bukankah kematian adalah salah satu yang banyak ditakutkan seseorang? Ternyata kematian adalah problem yang sangat besar bagi setiap kehidupan manusia. Yang dipermasalahkan bukan bagaimana cara agar manusia tetap hidup. Karena tak ada satupun manusia yang terhindar dari kematian. Kematian adalah pasti bagi setiap yang hidup. Orang yang sibuk berfikir dan berusaha menghindar dari kematian yang telah ditakdirkan kedatangannya, pasti dia akan menemui kegagalan. Sia-sia sajalah apa yang dia lakukan. Jadi yang dipermasalahkan adalah bagaimana menghadapi hidup setelah datangnya kematian. Sudah barang tentu yang ini adalah bagian cara berfikir bagi mereka yang beriman akan adanya hidup setelah mati. Bagi mereka yang dalam hatinya tidak ada iman, jelas akan menolak keyakinan ini. Walaupun hati kecilnya menuntut untuk percaya terhadap keyakinan ini. Sejarah kebudayaan manusia telah menunjukkan kepada kita bahwa dari zaman purba kala, manusia telah melakukan ritual upacara penyembahan terhadap apa yang mereka anggap sebagai tuhan, walau banyak kekeliruan-kekeliruan yang mereka lakukan. Mereka lakukan penyembahan terhadap apa yang mereka anggap sebagai tuhan, tak lain menunjukkan pengaukuan bahwa dirinya itu lemah, hingga mereka memohon pertolngan, perlindungan, keberkahan, keselamatan dan kemakmuran hidupnya kepada tuhan-tuhan mereka yang dianggap mempunyai kekuatan yang melebihi di atas kekuatan diri mereka dan kekuatan alam yang hanya dimiliki oleh sesembahan mereka. Anggapan-anggapan seperti ini muncul dari nalurih kemanusiaannya yang pada akhiryna berkembang menjadi kepercayaan dan keyakinan mereka. Dorongan nalurih seperti ini pun akan ditangkap oleh akalnya hingga mereka menemukan pemikiran bahwa sesuatu yang ada, yang tadinya tidak ada, pasti ada yang mengadakan dan akan kembali kepada tempat asal mereka sebelum adanya, dan pemikiran berlanjut pada suatu keyakinan disamping adanya alam yang kini mereka hidup, pada keyakinan adanya alam setelah mereka pergi dari alam dunia. Kita bisa lihat adanya budaya agama dan kepercayaan bangsa Mesir kuno, Yunani, cina, Jepang, India, ya termasuk Indonesia juga,dsb.

Yaa... cape deh... ngantuk lagi. Lanjutin besok deh....

KEPASTIAN

Kepastian yang sembunyi dalam waktu,
selalu merindu akan kehadiranku
meski aku lupa karena cinta

mengajak bercumbu dalam diriku
memenuhi kehadirannya

ingin ku melepas waktu
yang hanya membuat batas
membuang mimpi yang takan abadi
lalu tak ingat lagi siapa diriku

biarlah waktu merindukanku
aku tak peduli
walau kepastian akan mengajak aku pergi
karena kepergian itu menghantarkan aku bersatu kembali bersama kekasih

Wahai hadir...
wahai rindu...
kuterlepas dari semua, meski mereka mengikatku
jika langkah ini terhenti pada tatapan keagungan,
kudekap dan kureguk ke dalam cinta.

suara jejak terompah langkah-langkah yang terdengar,
riuhnya lisan-lisan terucap yang manis dan hambar,
jeritan tangis dan tawa yang menganga lebar,
sesaknya dada mereka yang menangis,
luasnya dada mereka yang tertawa,
yang tercengang
yang terbengong
semua ikut menghantarkan hingga ke pintu.
dia pun hanya terlihat membisu
karena telah melempar hitungan dan waktu.