01 Desember 2009

MUNAJAT SEBAGAI SARANA CURHAT


Curhat dengan kekasih yang aku cinta adalah hal yang sangat indah, mengasyikan dan menyegarkan, rasanya seperti dunia ini tak berpenghuni selain aku dan kekasihku. Hingga jiwa ini terasa luas. Semua sirna dan lupa dengan segala yang ada. Getar-getar jiwa dan luapan rasa, mendesak angan dan pikiran hingga mabuk kepayang. Pujian dan sanjunga tak henti-hentinya terucapkan, meski bibir ini mengering dan suara tinggal bisikan sungguh aku tak pernah memperdulikan. Karena semburan cinta di dada berkobar makin membara. Dialah kekasih yang selalu kupuja dan membuatku bahagia. Kucurahkan segala harapan dan kutumpahkan segala sanjungan. Damai jiwa ini, temtram hati ini jika aku ada di sisinya. Aku tak lagi punya rindu, karena kekasihku kini hadir bersamaku. Langit tak lagi tinggi, arah tak lagi memiliki jarak, langkah-langkahku telah kutinggalkan beberapa saat yang lalu, kini terhenti dihadapan wajah kekasihku. Begitu juga desiran angin-angin malam, ombak-ombak di lautan, suara makhluk penghuni alam, gemercik air sungai-sungai, semua terhenti menyaksikan perjumpaan. Aku dan kekasihku......dst.

Mungkin masih banyak yang harus aku ungkapkan, tapi karena terbatasnya kata yag aku punya. Rasanya jika memang benar-benar terjadi, aku bisa bercinta dan menjadikan Allah sebagai kekasihku dan aku menjadi kekasihNya, mungkin aku tak bisa lagi menulis di blog ini. Karena apalah arti menulis di sini dibanding dengan nikmatnya perjumpaan dan memandu kasih dengan Allah. Sungguh suatu kenikmatan yang tak bisa tergambarkan, dan dapat melupakan segala yang terlintas dalam pikiran. Banyak kita saksikan seorang manusia yang dilanda cinta dengan sesama, mereka dibuatnya buta, mabuk dan lupa segala-galanya. Itu baru cinta kepada sesama manusia, makhluk yang tidak lepas dari unsur kelemahan dan kecacatan. Sedang Allah, adalah Tuhan sumber dan pencipta segala keindahan, sempurna dalam Dzat, sifat maupun perbuatan. Adanya adalah tunggal, tak ada yang serupa denganNya, Dia melampaui waktu yang kini dan yang akan datang, tak ada masa yang membelakangi dan juga memaksa menyusulnya, tak ada penyingkapan yang bisa menampakanNya atau pun penutup yang menyembunyikanNya, tak ada bilangan yang dapat menghimpunNya, tidak juga lawan yang mencegahNya, tidak ada batas yang memangkasNya, tidak juga tempat yang melingkupiNya, tidak ada alam yang mampu menawanNya, tidak juga mata yang bisa menatapnya, di alam was-was, tak ada pengetahuan yang mampu menggambarkanNya. KeagunganNya meninggi sejak masa tak terhinga. Yang tak mengenal ketergeseran, juga tidak perubahan. Kerajaannya abadi dan tak ada sesuatu yang mencukupiNya. (Al Qusyairiyah)

Kita sama maklum bahwa, cinta itu datangnya dari pandangan kepada sesuatu yang kita kenal. Kita tidak mungkin mencintai sesuatu atau seseorang yang tidak kita kenal. Jika perkenalan itu sudah masuk dalam wilayah hati, maka biasanya akan timbul getaran yang memberikan sinyal pancaran cinta. Pancaran cinta yang terus menerpa hati atau jiwa, maka bagai percikan api yang jatuh dalam tumpukan jerami, kita bisa bayangkan apa yang bakal terjadi. Percikan api cinta akan segera membuat bara yang ahirnya menyala. Orang-orang yang dapat bercinta dengan Allah, merekalah yang benar-benar mengenal keindana-Nya. Lalu mereka menyingkirka segala bentuk-bentuk kemaujudan lain yang dapat menutupi hatinya, hingga keindahan cahaya Ilahi langsung jatuh menyinari.

Para ahli pencinta, biasa membuat lubang dengan membuka beberapa atap genteng rumah hatinya jika mereka tidak mampu membuka semuanya, agar sinar-sinar cahaya ilahi masuk ke dalam ruang hatinya. Lubang inilah yang mereka penuhi dengan munajat, dzikir, do'a-da'a, sebagai sarana dialog dan curahan hati pada sang Pencipta, Allah SWT dimana mereka ingin menjadi kekasih-Nya.

Berikut ini aku tuliskan beberapa contoh munajatnya orang-orang saleh:

Tuhanku, akulah hamba yang fakir dalam kekayaanku, maka bagaimana tidak akan merasa fakir dalam kefakiranku.

Tuhanku, akulah hamba yang bodoh dalam ilmu pengetahuan ini, maka bagaimana takkan lebih bodoh lagi dalam hal-hal yang masih bodoh.

Tuhanku, dari padaku pasti akan terjadi sesuatu yang layak dengan sifat kerendahan, kekurangan dan kebodohanku, dan dari pada-Mu ya Allah pasti akan terbit segala hal yang layak dengan kemuliaan dan kebesaran-Mu.

Tuhanku, Engkau telah menyebu diri-Mu dengan sifat lemah lembut terhadap hamba-Mu sejak sebelum adanya kelemahanku, maka apakah kini Engkau tolak diriku dari kedua sifat-Mu itu, setelah nyata adanya kelemahan dan kebutuhanku?

Tuhanku, jika timbul dari padaku amal kebaikan, maka itu semata-mata karena karunia-Mu, dan Engkau yang berhak untuk menuntut padaku, sebaliknya jika terjadi kejahatan dari padaku, maka itu semata-mata karena keadilan-Mu dan Engkau tetap berhak menuuntutku atas kejahatan itu. Tuhanku, bagaimana Engkau kembalikan padaku untuk mengurusi diriku padahal Engkau telah menjamin aku, dan bagaimana aku akan hina padahal Engkau yang menolong aku dan bagaimana aku akan kecewa jika Engkau yang kasih padaku.

Inilah aku mendekat pada-Mu dengan perantara kefakiranku pada-Mu, an bagaimana aku dapat berperantara kepada-Mu dengan sesuatu yang mustahil akan dapat sampai kepada-Mu. Dan bagaimana aku akan menyampaikan hal keadaanku kepada-Mu, padahal tak ada satu pun yang tersembunyi dari pada-Mu. Dan bagaimana akan aku jelaskan halku pada-Mu, sedang kata-kata itu pula dari pada-Mu. Atau bagaimana aku akan kecewa pada harapanku, padahal aku telah datang menghadap-Mu. Dan bagaimana tidak akan menjadi baikkeadaanku, sedang ia berasal dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu.

Tuhanku, alangkah besar lunak_mu terhadap diriku, padahal sangat dunguku, dan alangkah besarnya rahmat-Mu kepadaku meski sangat buruknya perbuatanku.

Tuhanku, alangkah dekat-Mu padaku, dan alangkah jauhku dari-Mu.

Tuhanku, alangkah kasih-Mu padaku, maka apakah yang telah menutupi aku dari pada-Mu.

Tuhanku, tatkala terbungkam lisanku oleh sebab dosa-dosaku, maka tebukalah lisan ini oleh karena melihat kemurahan-Mu yang tak terhingga. Dan tatkala aku berputus asa untuk mendapatkan rahmat-Mu oleh karena sifatisifat kerendahanku, maka terbukalah harapanku bila melihat pemberian-pemberian-Mu.

Tuhanku, inilah kehinaanku yang nyata dihadapan-Mu, dan inilah keadaankutak tersembunyi dari pada-Mu. Dari-Mu aku mohon supaya dapat sampai kepada-Mu. Dan dengan Engkau aku mencari hidayah kepada-Mu. Maka berilah kepadaku hidayah dengan nur cahaya-Mu untuk sampai kepada-Mu, dan tegakkanlah aku dalam kesungguhan pengabdianku di hadapan-Mu.

Masih banyak bentuk-bentuk munajat yang indah dan mengharukan, yang ditulis oleh orang-orang shaleh dan arif yang mengetahui hakikat dirnya sebagai i seorang hamba, dan hakikat Allah Tuhan pencipta.

--------------
musthaf_merenung
contoh munajat bersumber dari kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah.

27 November 2009

Niat

kaligrafi Pictures, Images and Photos
Aktivitas perbuatan manusia pada umumnya akan selalu diawali dengan adanya dorongan niat yang terbersit dalam hati. Dorongan seperti ini akan mendasari kesadaran seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Suatu aktivitas yang tidak didasari oleh kesadaran niat dalam hatinya, bisa jadi aktivitas ini dilakukan oleh orang gila atau orang yang hilang kesadarannya, seperti orang yang kaget terkena tusukkan jarum tanpa ia ketahui sebelumnya hingga dengan refleks ia akan menggerakan bagian badan yang terkena jarum, aktivitas orang yang mengigo saat dia tidur dan orang yang kerasupan jin atau setan. Mungkin kita bisa membedakan nilai antara aktivitas yang didasari oleh kesadaran niat melakukan, dengan yang tidak. Baik dari bentuk aktivitasnya maupun hasil dari aktivitas tersebut. Aktivitas seseorang yang didahului dengan niat, cenderung akan melakukan rencana atau langkah-langkah dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dan bagi mereka yang mempunyai keteguhan tekad yang kuat, mereka tidak akan mudah goyah dan menyerah sebelum behasil menyelesaikan aktivitas yang mereka lakukan. Aktivitas seperti ini akan lebih dinikmati dan dirasakan oleh si pelaku. Bahkan ia akan merasakan nikmat tersendiri sebelum melakukan aktivitas.

Niat adalah gerak hati (khathir) dengan penuh kesadaran untuk melakukan suatu amal berbuatan dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu niat dalam hati ini menjadi landasan penting dalam setiap amal-amal seseorang. Baik buruknya suatu amal di hadapan Allah akan ditentukan oleh niatnya.

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab r.a., Rasulullah bersabda:

اِنَّمَاالاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَالِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ اِلَى اللّهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ اِلَى اللّهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ اِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَاأَوِامْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ اِلَى مَاهَاجَرَاِلَيْهِ (متفق عليه

Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niat, dan sesungguhnya setiap orang (beramal) menurut niatnya. Barang siapa yang hijrahnya karena ingin mendapatkan keridhaan Alloh dan rasul-Nya. maka hijrahnya kepada keridhaan Alloh dan rasul-Nya, dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan dunia, ia dapatkan dunia itu, atau karena(untuk mendapatkan) seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka (balasan) hijrahnya (ia dapatkan) menurut (niat) hijrah yang ia lakukan. (متفق عليه)

Melihat Hadits di atas, kita dapat memahami bahwa begitu pentingnya arti niat dalam mengawali sebuah aktivitas amal, oleh karena itu kita dituntut untuk tidak main-main dengan niat. Karena apa yang kita niatkan, maka itulah yang akan kita dapatkan. Dan yang mesti kita perhatikan adalah selalu bersikap curiga terhadap niat-niat kita, karena niat letaknya ada di dalam hati yang sangat halus dan samar, tersembunyi serta tidak mudah diketahui orang.

Bagi kita yang sangat memperhatikan kebersihan niat semata-mata ikhlas karena Allah, kadang kala kita perlu curiga kepada terbersitnya niat-niat yang sering muncul dalam hati. Karena niat-niat itu sering tanpa kita sadari bercampur dengan nafsu yang sering kali kita sendiri terkecoh dan terjerumus ke dalam unsur riya.

Kalau kita perhatikan setiap amalan hati (batin), seperti niat dan keyakinan (i'tiqad), yang begitu rahasia dan tidak mudah diketahui orang lain, tapi hanya diri kita dan Allah sajalah yang mengetahuinya, sepertinya Allah sangat mempercayakan hal ini kepada kita saja dan tidak melibatkan orang lain. Kita sendirilah yang mesti menjaga, memelihara, mengawasi dan merawat kemurnian dan kebersihan-nya, dengan langsung memohon pertolongan Allah. Dan Allah pun akan selalu menolong kepada siapa pun yang benar-benar memohon pertolonganNya sesuai yang dikehendakiNya.

-------------
musthaf merenung

19 Oktober 2009

AKAL dan WAHYU



AKAL

Akal secara umum mengandung pengertian sebagai daya untuk memperoleh pengetahuan, atau daya yang membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dan benda lain, dan membedakan antara kebaikan dan kejahatan. Prof. Dr. Harun Nasution, pernah memberikan keterangan bahwa, akal dalam pengertian Islam, bukanlah otak, tapi adalah daya fikir yang terdapat dalam jiwa manusia;daya yang sebagai digambarkan dalam Al-Qur'an memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya yang dibedakan dengan wahyu yang memberikan pengetahuan dari luar diri manusia melainkan dari Tuhan.

Abu Bakar Muhammad ibn Zakariya Al-Razi, di dalam bukunya Al-Thibb al-‎Ruhani, menjelaskan tentang mamfaat akal dan sumber-sumbernya yang bisa ‎membuat kita kenal rahasia-rahasia besar di dalam alam raya ini. "Sesungguhnya ‎Tuhan Pencipta memberikan kita akal untuk memperoleh dan mencapai ‎kemanfaatan dunia akhirat. Ia adalah anugerah Allah yang terbesar dan sesuatu yang ‎paling bermanfaat bagi kita."

Dengan akal kita melebihi binatang. Dengan ‎akal kita mengetahui sesuatu yang dapat mengangkat derajat kita dan sesuatu ‎yang sesuai dengan kehidupan kita, mengetahui masalah-masalah kedokteran yang sangat besar ‎artinya bagi kemanusiaan. Dengan akal kita dapat mengetahui sesuatu yang sulit dan tersembunyi, ‎mengetahui bentuk bumi dan cakrawala, massa matahari, bulan dan planet, serta ‎posisi, jarak dan gerak masing-masing. Dan dengan akal pula kita mengenal Sang ‎Pencipta Yang Maha Agung dan Pemberi mamfaat. Ringkasnya, akal adalah ‎sesuatu yang kalau tanpa ia keadaan kita seperti binatang, atau anak kecil atau ‎orang gila.‎

Al-Qur'an sangat menjunjung peranan akal. Terdapat banyak ayat yang ‎menyerukan agar akal dipergunakan secara benar, meski Al-Qur'an tidak pernah menyebutnya dalam bentuk kata benda (العقل), tapi dalam bentuk kata kerja, seperti: ‎1. ‎'aqaluuhu (عقلوه)‎, ‎2.‎ ta'qiluuna‎ (تعقلون), ‎3.‎ ya'qiluuna (يعقلون) ‎, ‎4.‎ na'qil (نعقل), ‎5.‎ ya'qiluha (يعقلوه). Kata-kata tersebut diletakkan oleh Al-Qur’an didalam konteks ayat-ayat yang ‎menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah adalah orang-orang ‎berakal yang merenungi ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran)-Nya, dan bahwa ‎orang-orang yang sesat adalah mereka yang tidak menggunakan akal‎.

Akal akan menangkap berbagai informasi sebagai pengetahuan (ilmu) hanya sebatas kemampuan indra yang manusia miliki. Dr. Zaki Najib Mahmud menegaskan bahwa akal tidak melahirkan ilmu, ia menerimanya dari luar. Akal terikat pada hal-hal yang eksperimental dan kenyataan inderawi dan fenomena nyata. Abu al-Hasan al-Nadwi mengatakan bahwa untuk mengungkap sesuatu yang misterius akal menggunakan pengetahuannya tentang obyek-obyek yang lain yang dapat dirasakan oleh indera. Dari informasi obyek-obyek inilah akal melakukan penafsiran dan mengambil kesimpulan. Akal manusia tidak dapat menmenjangkau rahasia alam ghaib, seperti jin, malaikat, hari akhir, alam kubur, surga, atau neraka, sehingga akal tidak bisa menafsirkan dan mengambil kesimpulan obyek ini. Satu-satunya cara akal memperoleh obyek pengetahuan yang di luar jangkauannya ini adalah dengan melalui wahyu Tuhan. Wahyu ini adalah ilmu pengetahuan yang datangnya langsung dari Tuhan. Hanya Nabi dan Rasul Tuhan-lah yang mampu menerima wahyu Tuhan. Itulah salah satu tujuan di utusnya para nabi dan rasul, untuk menjelaskan hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal.

------------
musthaf_menulis

02 Oktober 2009

Liang Kubur yang Bikin Makmur



Kuburan adalah sebidang tanah tempat dikuburnya manusia atau binatang kesayangan yang telah mati. Di jawa sering disebut juga pesarean, yan diambil dari kata "sare" yang artinya "tidur". Disebut pesarean karena untuk memperhalus bahasa atau memang karena mati adalah tidur panjang yang kalau sudah tiba waktunya akan dibangunkan atau dibangkitkan kembali dalam keadaan hidup, seperti orang tidur lalu bangun lagi.

Orang yang sudah mati disebut mayat. Mayat inilah yang akan dikubur dalam sebuah galian berukuran kurang lebih 1x1/2 meter sedalam kurang lebih 75 sampai 100 cm. Setelah mayat ini ditaruh di dalam liang galian ini lalu ia ditimbun tanah hingga galian ini rata kembali dan ditandai dengan batu nisan yang kalau di jawa disebut "tenger" yang berarti "tanda" yang ditancapkan di atas ujung galian tanah tersebut, yang terbuat bisa dari kayu atau batu.

Dalam agama tertentu, mayat ada yang dibakar hingga hancur menjadi debu lalu debu ini ada yang di buang di laut ada juga yang disimpan dalam sebuah penyimpanan abu mayat. Proses pembakaran mayat ini, orang menyebutnya "kremasi".

Jika kita perhatikan sejarah kehidupan manusia dari semenjak manusia ada sampai sekarang, pun tidak ada orang yang tidak mati. Meski dalam cerita sejarah ada orang yang kuat seperti Hercules, yang kaya raya seperti Nabi Sulaiman AS, orang yang disembah seperti Raja Fir'aun (laknatullah alaihi), orang yang cerdas seperti Einstein dll., ternyata jasad-jasad mereka satu pun tidak ada yang mampu bertahan hidup.

Dengar-dengar ada seorang yang sukses dalam hidupnya, ia mempunyai perusahaan di bayak bidang. Ia juga terkenal menjadi seorang dermawan yang banyak membantu orang-orang yang dalam kekurangan dan kesulitan. Tidak sedikit ia juga kerap kali menyalurkan bantuan dana untuk kepentingan sosial. Dan karena keuletan, kejujuran, keramahan dan kesederhanaan hidup dalam limpahan kekayaan yang ia miliki, menjadikan ia dikagumi dan disegani mitra maupun lawan-lawan bisnisnya. Kira-kira apa rahasia yang mendorong ia menjadi orang seperti ini? Ternyata, dahulu saat ia baru menamatkan bangku SMA, di atas sebidang tanah yang didapat dari warisan almarhum ayahnya, ia membuat sendiri liang kubur yang dipersiapkan untuk dirinya jika kelak ia mati. Saudara dan tetangganya saat itu mengira ia telah stress hingga berlaku aneh. Tapi setelah ditanya apa latar belakang ia membuat liang kubur itu? Jawabnya: "Agar aku selalu ingat mati. Dan sebelum aku mati, kebaikan apa yang akan saya lakukan untuk orang banyak? Dan aku pun sadar bahwa, kebaikan itu tidak akan lepas dariku, tapi akan selalu kembali kepadaku. Begitu pula jika aku berbuat sebaliknya."

Oleh karena itu liang kubur yang ia buat sendiri, dari dulu saat baru jadi, sampai sekarang selalu diziarahi oleh dirinya.
Nah, persiapan apa yang telah kita buat untuk menjemput mati?

--------------------------------
musthaf merenung...............!

24 September 2009

Bahaya Maksiat

Sudah selayaknya jika kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat iman dan ketaatan kepada-Nya. Kita yang mengaku beriman kepada Allah SWT dengan hati dan lisan, tapi sering dengan mudahnya kita meninggalkan perintah-Nya dan melakukan perbuatan maksiat bahkan kadang kita sering merencanakan bentuk kemaksiatan yang telah dianggap suatu hal yang wajar. Banyak Ulama mengatakan bahwa, maksiat itu sungguh lebih berbahaya dari suatu penyakit. Karena kemaksiatan dampaknya sngat buruk bagi moralitas diri dan masyarakat suatu bangsa yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah SWT baik di dunia maupun akhirat yang berupa keburukan-keburukan, azab dan siksa yang pedih. Sedang penyakit, jika kita mau sedikit bersabar maka Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kita. Sebagaimana Nabi SAW pernah bersabda: Dari Ummul Ala', seorang wanita yang telah berbai'at dengan Rasulullah SAW. masuk Islam, ia berkata: "Saya dipanggil Rasulullah SAW pada waktu sakit." Beliau bersabda: "Wahai Ummul Ala', bergembiralah engkau, sebab Allah telah menghapus kesalahan-kesalahan orang Muslim dengan penyakit yang dideritanya, bagaikan api menghilangkan karat-karat besi dan perak." (HR. Abu Daud)

Hidup di zaman yang semua bidang kehidupan telah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Tak terkecuali bentuk kemaksiatan pun mengalami perkembangan yang sama. Bahkan kita seperti tak mampu mengelak dari maksiat yang tersaji di berbagai media. Mungkin tiap hari kita telah melakukan kemaksiatan yang tak terhitung jumlahnya baik yang kita sadari atau tidak, baik maksiat hati maupun maksiat anggota badan. Jika kita telah merasa demikian, maka kita pun harus selalu memperhatikan setiap perilaku kita. Sekecil pun kita harus menahan rencana atau terbersit-nya niat dalam hati untuk berlaku maksiat. Jika orang arif bilang bahwa, ibadahnya orang awam adalah maksiat-nya orang khusus, maka lihatlah siapa diri kita? Jadi buat kita yang tergolong orang awam, maka tidaklah pantas jika kita menambah perilaku yang sudah jelas-jelas maksiat.

Kita yang telah dikaruniai oleh Allah nikmat iman dan ketaatan, maka hendaklah kita syukuri nikmat itu dengan selalu menjaga iman dengan ketaatan kepada Allah dan berusaha membersihkan diri dari laku maksiat.

Diantara bahaya yang ditimbulkan oleh laku maksiat adalah:

* Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan

Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam diri kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Karena itu, tatkala imam syafi’i duduk di hadapan Imam Malik untuk belajar, Imam Malik sangat kagum akan kecerdasan dan daya hafalnya hingga beliau bertutur, “Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat. “Imam Syafi’i bertutur:

aku mengadu tentang kelemahan hafalanku yang buruk
Dia memberiku bimbingan untuk meninggalkan kemaksiatan
seraya berkata, “Ketahuilah, ilmu adalah karunia.
Dan karunia Allah tidak diberikan kepada si pelaku dosa dan kemaksiatan.

* Maksiat Menghalangi Rezeki

Di dalam musnad Ahmad disebutkan “Seorang hamba dicegah dari rezki akibat dosa yang diperbuatnya”

Jika ketakwaan merupakan penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kekafiran. Tidak ada satupun yang dapat memudahkan rezeki Allah kecuali dengan meninggalkan maksiat.

* Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah

Jauhnya atau sunyinya hati seorang manusia dari cahaya Allah disebabkan oleh perbuatan maksiatnya. Tidak ada perbuatan meninggalkan dosa yang dapat menghilangkan kesunyian tersebut kecuali berwaspada dari perbuatan maksiat. Seseorang yang berakal tentu akan dengan mudah meninggalkan kesunyian tersebut. Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang yang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif itu berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa , maka tinggalkanlah. Dalam hati, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan akibat dosa di atas dosa”.

* Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain

Kemaksiatan dapat menjauhkan seorang manusia dengan manusia yang lain, lebih-lebih dengan golongan yang baik. Semakin kuat tekanan perasaan tersebut, semakin jauhlah dia dari mereka dan semakin terhalangilah berbagai manfaat dari mereka; akhirnya dia semakin mendekati setan. Kesunyian dan kegersangan itu semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dia dengan istri dan anak-anaknya, juga antara dia dengan nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, “sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang dan istriku”

* Maksiat Menyulitkan Urusan

Seorang pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam mengatasi segala masalahnya sebagaimana ketakwaan yang dapat memudahkan segala urusan. Karenanya, sungguh mengherankan jika seorang hamba sulit menghampiri pintu-pintu kebenaran sementara penyebabnya tidak ia ketahui.

* Maksiat Menggelapkan Hati

Pelaku maksiat akan senantiasa mengalami kegelapan hati seperti gelapnya malam. Ketaatan itu adalah cahaya sedangkan kemaksiatan adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a berkata:

“Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan pencerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kelapangan rezeki, kekuatan badan, dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengandung ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki, dan kebencian makhluk”.

* Maksiat Melemahkan Hati dan Badan

Jika kemaksiatan itu dianggap dapat melemahkan hati, itu sudah tidak diragukan lagi, bahkan kelemahan itu tidak akan lenyap sampai mati. Dan jika kemaksiatan dikatakan dapat melemahkan badan, itu karena kekuatan badan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat, kuatlah badannya. Sedangkan, bagi pelaku maksiat, walaupun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang ia butuhkan, sehingga kekuatan yang ada pada dirinya sering menipu dirinya sendiri.

* Maksiat Menghalangi Ketaatan

Dosa dan maksiat akan menghalangi si pelaku dari ketaatan sehingga ia akan memutuskan ketaatan yang lain, dan terputuslah jalan ketaatan selanjutnya. Begitulah seterusnya. Akhirnya, putuslah setiap ketaatan yang nilainya lebih baik daripada dunia dan seisinya.

* Maksiat Membuat Umur Terasa Pendek dan Menghapus Keberkahan

Jika kebajikan dikatakan dapat menambah umur, otomatislah, maksiat dapat mengurangi umur. Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu, tak ada yang namanya hidup kecuali jika dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikrullah, serta mementingkan keridhaan-Nya.

* Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain

Pada dasarnya manusia yang sudah terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan diri darinya.

Diantara dampak negatif keburukan adalah menimbulkan keburukan yang lain. Sedangkan, pengaruh kebaikan adalah mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka jika anda melakukan suatu kebaikan, kebaikan yang lainnya akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga anda memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dan kebaikan yang tidak sedikit. Begitu juga halnya dengan keburukan. Dengan demikian ketaatan dan kemaksiatan merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang teguh pada diri anda.

* Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani

Inilah bahaya maksiat yang paling menakutkan karena kemaksiatan dapat menyebabkan putusnya secara perlahan-lahan keinginan untuk bertobat, hingga habislah sama sekali. Jika meninggal, setengahnya pun tak akan pernah dia bertobat kepada Allah. Justru dia datang dengan istighfar dan tobat gaya para orang munafik yang hanya di bibir sedangkan hatinya masih terus-menerus terjerat kemaksiatan yang masih tetap dijalaninya. Inilah penyakit yang paling berbahaya dan paling dekat dengan kebinasaan.

* Maksiat Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri

Jika kemaksiatan sudah menghilangkan anggapan kemaksiatan itu merupakan suatu keburukan, kemaksiatan akan menjadi adat kebiasaan sehari-hari yang menyebabkan pelakunya tidak memiliki rasa malu. Orang-orang fasik berpendapat bahwa hal itu merupakan puncak kebahagiaan dan kebanggan sehingga dengan bangganya dia berkata, “Hai Fulan, semalam aku telah berbuat anu….”. Orang seperti tiu tidak akan peduli dengan cemoohan orang lain. Dengan begitu, baginya jalan tobat sudah tertutup dan pintu-pintunya telah terkunci. Sehubungan dengan itu, Rasulullah saw bersabda :

“Setiap umatku dimaafkan kecuali yang beraksiat terang-terangan. Diantara maksiat terang-terangan adalah seorang hamba yang dengan bangganya menceritakan perbuatan maksiatnya, padahal Allah telah menutupi nya. Dia berkata, “Hai Fulan, kemarin aku berbuat anu … anu …” Dengan begitu, sebenarnya dia telah mengoyak kehormatan dirinya sendiri, padahal Allah telah menutupinya semalm-malaman. (HR. Bukhari-Muslim)

* Maksiat Warisan Umat Yang Pernah Diadzab

Homoseksual adalah warisan kaum Luth a.s. Berbuat curang dengan mengurangi dan melebihkan takaran adalah peninggalan kaum Syuaib a.s. Sombong di muka bumi dengan menciptakan berbagai kerusakan merupakan warisan Fir’aun dan kaumnya. Takabur dan congkak merupakan warisan kaum Hud a.s. Jika begitu dapatlah dikatakan pelaku maksiat pada zaman sekarang adalah kaum yang memakai baju umat-umat terdahulu dari golongan musuh Allah

* Maksiat Menimbulkan Kehinaan

Imam Hasan Basri berkata, “Mereka hina dan rendah dalam pandangan Allah SWT sehingga mereka pun sangat mudah bermaksiat. Sekiranya dalam pandangan Allah seseorang telah hina, tidak ada seorang pun yang memuliakan-nya. Kalau pun diantara lingkungannya yang menghormati dia, itu mereka lakukan karena pamrih atau takut.

* Maksiat Memudahkan Perbuatan Dosa

Kondisi maksiat yang sudah seperti itu merupakan cir-ciri kehancuran karena manakala dosa itu dianggap kecil atau ringan oleh hamba, dalam pandangan Allah SWT, dosa itu menjadi besar.

* Maksiat Mewariskan Kehinadina-an

Kemaksiatan dapat melahirkan kehinadinaan karena kemuliaan itu hanya akan muncul akibat ketaatan kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya ini:

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu” (QS. Faathir: 10)

Karena itu, hendaklah kemuliaan itu diraih melalui ketaatan kepada Allah

* Maksiat Merusak Akal

Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah sehingga akalnya hilang. Karena, sekiranya akalnya masih berjalan tentu akan mencegahnya dari kemaksiatan dan dia berada dalam genggaman dan kekuasaan Allah SWT. Sementara, malaikatnya menyaksikan. Nasihat Al-Qur’an pun mencegahnya, begitu juga dengan nasihat keimanan. Orang yang luput dari kemaksiatan adalah orang yang terbaik dan di akhirta kelak dia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan yang berlipat ganda. Maka, adakah orang yang memiliki akal sehat itu mau mendatang kemaksiatan yang penuh kehinadinaan?

* Maksiat Menutup Hati

Pada dasarnya kotoran hati timbul akibat kemaksiatan. Bertambahnya kemaksiatan menyebabkan kotoran semakin berkarat sehingga menjadi karakter yang mengalahkan peran jiwa. Hal seperti itu akan berakhir hanya kalau si pelaku mendapatkan hidayah. Kalau tidak, pelaku akan disetir kemaksiatan selamanya.

* Maksiat Dilaknat Rasulullah saw

Rasulullah saw telah melaknat perbuatan maksiat seperti mengubah penunjuk jalan padahal penunjuk jalan itu sangat penting, melakukan homoseksual, menyerupai laki-laki bagi perempuan atau menyerupai perempuan bagi laki-laki, mengadakan praktek suap-menyuap dan sebagainya. Semakin besar maksiat yang dilakukan, semakin besar laknat beliau atas mereka. Seseorang yang melakukan hal-hal seperti di atas, berarti dia telah meridhai dirinya dilaknat Allah SWT, Rasulullah saw, dan malaikat.

* Maksiat Meremehkan Allah

Jika seseorang berlaku maksiat, disadari atau tidak rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati. Jika perasaan pengagungan kepada Allah masih ada dalam hatinya, itu dapat mencegah seseorang dari berlaku masksiat.

-------------------------------------------
sebagian materi didapat dari sumber:
http://istiqom4h.wordpress.com/2008/07/26/pengaruh-dan-bahaya-maksiat/

22 September 2009

Saat Terbaik Dalam Hidup

Saat Terbaik Dalam Hidup Kita

Suatu yang sudah menjadi kepastian dialami setiap makhluk adalah, ada dan tiada. Setiap makhluk asalnya tidak ada, lalu menjadi ada karena diciptakan Allah akan wujudnya. Setelah ada, Allah pun melengkapi-nya dengan sarana kebutuhan untuk mendukung keberadaannya. Inilah dua nikmat dasar yang Allah berikan pada setiap makhluk, yaitu nikmat penciptaan Allah atas wujud keberadaannya, dan nikmat yang kedua adalah nikmat diperlengkapi-nya setiap makhluk dengan sarana kebutuhan yang mendukung keberadaannya, agar terjadi keberlanjutan. Jika dua nikmat ini sudah dapat dirasakan oleh kita, maka kita akan selalu merasa fakir dan butuh terhadap pemberian Allah SWT setiap detik-nya.

Dzun-Nun Al-Mishri berkata:
Siapa yang dalam tauhid-nya merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid-nya itu tidak dapat menyelamatkannya dari api neraka, sampai ia merasa bahwa tauhid-nya itu adalah karunia dari Allah SWT.

Sifat asli dari setiap makhluk adalah miskin, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan dari Allah untuk memenuhi kebutuhannya. Jika setelah semua kebutuhannya terpenuhi lalu mereka lupa kepada Allah SWT, maka untuk mengingatkannya, Allah menimpakan berbagai macam kejadian kepada mereka, seperti penyakit, panas, haus, lapar, kesulitan, sedih, dan sebagainya, agar mereka ingat kembali kepada Allah SWT. Tapi diantara mereka ada yang ingat kembali kepada Allah dan ada yang tidak.

Saat terbaik dalam hidup kita adalah saat kita mengakui kefakiran dan merasa benar-benar bahwa kita sangat butuh pemberian Allah, tanpa Allah kita tidak mungkin hidup dan tidak ada yang bisa menolong selain-Nya. Inilah saat terbaik buat kita. Bisakah kita masuk dan berada dalam saat saat terbaik itu?

---------------------------------
musthaf

Ayat-Ayat Cinta

Berikut ini saya tuliskan beberapa ayat-ayat tentang cinta yang saya petik dari Al-Quran

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُواْ مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُواْ قَالُواْ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُواْ فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِن كُنتُمْ مُّؤْمِنِينَ

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengarkan tetapi tidak menta`ati". Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat)". (QS.2:93)

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS.2:165)

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS.3:14)

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.3:31)

لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS.3:92)


وَلَن تَسْتَطِيعُواْ أَن تَعْدِلُواْ بَيْنَ النِّسَاء وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلاَ تَمِيلُواْ كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِن تُصْلِحُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُوراً رَّحِيماً
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.4:129)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.5:54)

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
(QS.9:24)

إِذْ قَالُواْ لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ

(Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. (QS.12:8)

وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَن نَّفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبّاً إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ

Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata." (QS.12:30)

مَن كَفَرَ بِاللّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَـكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ .ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّواْ الْحَيَاةَ الْدُّنْيَا عَلَى الآخِرَةِ وَأَنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. 107. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. (QS.16:106-107)

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ .فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, 008. sebagai karunia dan ni`mat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.49:7-8)


إِنَّا أَنشَأْنَاهُنَّ إِنشَاء.فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَاراً .عُرُباً أَتْرَاباً

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, . penuh cinta lagi sebaya umurnya, (QS.56:35-37)

وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS.59:9)

كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ

Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, (QS.75:20)

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبّاً جَمّاً

dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (QS.89:20)

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. (QS.100:8)

--------------------------------
musthaf

Renungan Alam, Binatang Ciptaan Tuhan

Sakti

Sakti, disak ora mati-mati...! yah kira-kira begitu. Maaf, omong2 tentang sakti, sing yen disak ora mati-mati, aku nduwe ndongeng, diwaca sedelat ya ?

Sak/saku atau kantong baju atau celana adalah sebuah tempat yang sempit dan kadang menyempi hingga menghipit apa yang ada di dalamnya, kadang juga longgar, tergantung posisi, angger akune njagong atawa jongkok ya kebanyakan saku celana menyempit, yen akune ngadeg biasane ya mending ora patia menghimpit. Seperti sebuah kehidupan kita di dunia, kadang kehidupan ini menghimpit kita berupa kesulitan-kesulitan, problem hidup, dsb yang berhubungan dg masalah ekonomi, hubungan antar keluarga, masyarakat, teman sejawat dsb. Kadang juga hidup ini terasa longgar, yg mungkin bisa berupa keluasan hidup secara ekonomi, kehormatan, pangkat, derajat sosial, keharmonisan hubungan dg keluarga, teman, masyarakat dsb. Nah orang yan sakti adalah orang yag tidak mati imannya, baik dalam kesempitan maupun keluasan hidup yang selalu silih berganti dialami manusia. Silih bergantinya keluasan dan kesempitan hidup ini, kata orang arief, sengaja Allah ciptakan untuk orang-orang yang beriman. Allah sengaja datangkan kesempitan hidup kpd orang yg beriman agar ia tidak larut dan bergelimang dalam keluasan dan kesenangan yg dapat menyebabkan matinya iman. Begitu juga kadang Allah sengaja meluaskan dengan kesenangan hidup orang mukmin agar ia tidak larut dan terpuruk dalam kesulitan yg dapat menyebabkan matinya iman. Lain dengan orang yg tidak beriman, baik dalam keluasan apalagi kesempitan, tetap keimanan mereka mati. Berarti mereka yg tak beriman gak sakti, hehe...

إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ . أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَهُمْ سُوءُ الْعَذَابِ وَهُمْ فِي الْآخِرَةِ هُمُ الْأَخْسَرُونَ
004. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).
005. Mereka itulah orang-orang yang mendapat (di dunia) azab yang buruk dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. (QS.27,An-Naml:4-5)

Saiki nyong pan cerita tentang genggong atawa jangkrik dan semut. pengen maca maning apa wisan? Bokan pan macaya ya monggo... hehe...
(maaf bukan juru dongeng yah...)

Kalau kita perhatikan kehidupan genggong atawa jangkrik, sepintas kelihatan habitatnya tidak jauh berbeda dg semut. Atau mungkin sama habitat dari dua jenis hewan ini, karena masih tergolong satu bangsa yaitu serangga.( jadi inget pelajarane pak Widarjo ato bu Sri). Tapi kalau kita perhatikan cara hidup dua jenis hewan ini, sangat jauh berbeda. Semut lebih cenderung memilih cara hidup berkoloni, membentuk suatu komunitas masyarakat (semut) yang menonjol dalam cara hidup yang selalu bergotong-royong, bantu-membantu, saling menghargai dan menghormati, hingga jika diantara semut yg satu dengan yg lain bertemu, mereka selalu saling menyapa dan bersalaman. Mungkin cara hidup seperti inilah yg tepat mereka pilih mengingat bentuk tubuhnya yang kecil dan lemah.
???
Sampai saya berhenti menulis kata "bentuk tubuhnya yang kecil dan lemah" di atas, saya sempat berpikir, : "Marah nggak yah seandainya semut-semut itu mendengar perkataan saya, bahwa mereka bertubuh kecil dan lemah?" Tapi saya sempat berpikir juga, kemungkinan semut-semut itu tidak akan marah, tapi mungkin seandainya mereka bisa ngomong, dengan sopan mereka akan mengoreksi perkataan saya yang menurut mereka, bahwa apa yang baru saya katakan tadi salah. Mungkin mereka akan berkata: "Kami memilih cara hidup seperti yang anda lihat ini bukan karena tubuh kami yang kecil dan lemah, maaf kami bukan bermaksud mengelak dari kenyataan tubuh kami yang kecil dan lemah ini yah? tapi tidak lain karena kami mendapat perintah dan petunjuk serta bimbingan dari Allah SWT, Tuhan kami Yang Agung, agar kami menunjukan kepada seluruh makhluk-makhluk-Nya, terutama manusia agar mereka dapat mengambil pelajaran dari cara hidup kami. Oleh karena itu kami pun selalu patuh dan taat kepada perintah Tuhan kami yang dibebankan kepada bangsa kami dan kami tidak berani melanggar perintah-Nya serta sedikit pun kami tidak ingin bermaksiat kepada-Nya karena takut akan siksa-Nya."
Atau mungkin mereka akan menyampaikan perkataa lain kepada saya yang jauh lebih baik dari itu, yang saya sendiri tidak bisa memperkirakan-nya.

Bandingkan dengan cara hidup jangkrik genggong. Cara hidup mereka tidak pernah membentuk suatu komunitas, tapi lebih cenderung bersembunyi dan menyendiri dalam sebuah lubang tanah, terpisah dengan lubang teman jangkrik lain kecuali dengan pasangan hidupnya, ( itu pun jika sudah punya pasangan hidup, kalo belum ya menyendiri terus kali?). Di kala malam biasanya jangkrik lebih suka berdesir mengeluarkan suara yang timbul dari gesekan yang diakibatkan getaran dua sayapnya. Tapi jika misalnya kita membuka bongkahan tanah lalu didapati kerumunan jangkrik dalam jumlah yang banyak, dapat dipastikan mereka masih berusia muda/anak-anak dari satu induk. Setelah dewasa mereka pun akan memilih cara hidup seperti umumnya jangkrik dewasa.

Ada kemungkinan jaman dulu semut dan jangkrik pernah berkomunikasi, berdialog dan saling tukar pendapat karena mereka, semut dan jangkrik, masih dalam satu keluarga yaitu keluarga serangga. Seperti kita bisa lihat percakapan antar semut yang ada dalam Al-Qur'an.

حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِي النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ . فَتَبَسَّمَ ضَاحِكاً مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

"Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";
019. maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo`a: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni`mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (QS.27, An-Naml:18-19)

Seandainya semut dan jangkrik saling bercakap, nyong lebih membayangkan pada percakapan sbb:
Semut : "Wahai jangkrik, kamu kan masih satu keluarga serangga dengan kami, kenapa kamu memilih cara hidup yang cenderung bersembunyi, menyendiri dan tidak berusaha membentuk komunitas jangkrik, seperti kami membentuk komunitas semut? Bukankah cara hidup seperti kami ini lebih baik?"

Jangkrik : "Cara hidup kamu itu lebih baik buatmu, tapi mungkin tidak buat kami. Bangsa kami sudah mempunyai pilihan cara hidup yang lebih baik buat kami dan mungkin tidak buat bangsa kamu."

Semut : "Coba terangkan pada kami agar kami dapat memahami kebaikan cara hidup bangsamu dan kami bisa mengabarkan kepada bangsa kami, agar bangsa kami tidak merasa memiliki cara hidup yang paling baik dari bangsa lain, hingga kami terjerumus ke dalam sikap ujub yang dapat melempar kami ke neraka."

Jangkrik : "Kami, bangsa jangkrik genggog, memiliki kepala dan tubuh yang lebih besar dari bangsa semut, sehingga kami ini khawatir akan ego dan nafsu yang besar pula, yang dapat mempengaruhi keburukan sikap kami jika kami menjalami hidup berkomunitas seperti bangsa semut atau bangsa manusia. Kami sering mendengar permusuhan diantara bangsa manusia satu sama lain, saling baku hantam dan menumpahkan darah yang berakibat terjadinya kerusakan di muka bumi. Hal itu dikarenakan mereka, bangsa manusia, tidak bisa mengendalikan ego dan nafsunya, padahal mereka telah dilengkapi dengan akal serta diturunkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya yang dipilih diantara bangsa mereka sendiri, sebuah kitab Al-Qur'an yang tidak ada keraguan padanya dan di dalamnya terdapat petunjuk hidup bagi mereka dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitar dan hubungan mereka dengan Allah agar mereka senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya. Tapi kebanyakan dari bangsa manusia berpaling dari petunjuk Allah. Kami bangsa jangkrik tidak mau ambil resiko keburukan yang akan keluar dari dalam diri kami sendiri akibat dari pengaruh ego dan nafsu kami, seperti yang dialami bangsa manusia. Kami pun menyadari akan potensi yang kami miliki di mana di kalangan bangsa kami hanya memiliki nafsu dan ego yang muncul bersama insting, dan tidak dilengkapi dengan akal untuk memahami seperti manusia. Oleh karena itu kami bangsa jangkrik genggong, memilih cara hidup yang paling sederhana sekira kami bisa bertahan hidup dan dapat melangsungkan keturunan kami serta senantiasa bertasbih, bersyukur, memuji akan kebesaran dan keagungan Allah SWT. dan menjauhkan diri dari perilaku yang dapat menimbulkan terpancingnya ego dan nasfu yang dapat menjerumuskan ke dalam lembah keburukan. Bangsa kami pun mempunyai tekad untuk tidak memiliki sediiktpun keinginan bermasiat kepada Allah. Lihat saja, bangsa kami tidak membentuk komunitas yang memungkinkan terjadinya pergaulan dan komunikasi di antara kami. Karena untuk menghindari hal-hal buruk yang biasa timbul di sana. Kami hidup menyendiri, menyepi dalam sebuah gua bersama istri. Di kala malam kami selalu bertasbih dengan memuji-Nya dan berdzikir kepada Allah SWT hingga menjelang pagi. Jika kami dikaruniai anak, maka kami kumpulkan mereka untuk kami didik dan kami ajari mereka mengenal hidup agar dapat mengabdi sepenuhnya hanya kepada Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Dan kalau anak-anak kami telah dewasa dan dianggap mampu, maka kami perintahkan agar mereka menjalani hidup seperti kami. Di atara bangsa kami kadang ada yang memilih hidup untuk tidak beristri. Tapi ia meneguhkan dirinya hanya beribadah saja kepada Allah SWT dan meninggalkan unsur keduniaan menurut versi bangsa kami, sampai kepala mereka berubah warna menjadi putih. Merekalah yang terkenal dengan mitos yang berkembang di kalangan anak-anak bangsa manusia dengan menamakan jangkrik genggong wak kaji. Begitu kira-kira sedikit yang dapat kami sampaikan kepada kamu wahai semut, semoga kamu bisa memahami akan kebaikan cara hidup kami."

Demikian hayalan dari orang yang suka ngayal, hehehe.......



تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ وَلَـكِن لاَّ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيماً غَفُوراً
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS.17, Al-Israa':44)

------------------------------
musthaf

Tradisi Mudik Lebaran, silaturrahmi, kasih sayang dan cinta. "Bukan Pamer"

Tradisi Mudik Lebaran

Mudik berasal dari kata "udik" yang artinya kampung. Jadi secara sederhana, kata "mudik" bisa diartikan sebagai "pulang ke kampung asal, di mana kita dilahirkan dan sebagian besar keluarga bertempat tinggal".

Tradisi "mudik", yang umumnya dilakukan orang Indonesia, mungkin telah berlangsung sejak lama. Hal ini disebabkan karena budaya orang-orang nusantara yang suka hidup berpetualang, mengembara dan merantau, baik bertujuan mencari penghidupan materi kekayaan, kejayaan, maupun ilmu pengetahuan. Saya pikir budaya ini pun dimiliki oleh orang-orang di belahan bumi mana pun.

Ada tiga landasan kejiwaan yang cukup kuat dijadikan alasan untuk "tradisi mudik lebaran".

Pertama
Di kampung asal kita lahir, di mana kita menghabiskan masa kanak-kanaknya serta di sana pula tinggal sanak saudara, handai taulan, tetangga dan lingkungan yang akrab dengan kita sebelum kita pergi ke tempat lain, adalah tempat yang sangat berkesan, banyak membekaskan kenangan dan tidak jarang menimbulkan kerinduan. Hingga suatu saat setelah berada di tempat lain kita pun ingin kembali. Ini adalah suatu fitrah manusia dari zaman ke zaman, dari dahulu dan akan berlangsung sampai kapan pun.

Kedua
Menyambung tali kasih sayang kepada sanak saudara dan kerabat, yang kita kenal dengan istilah "silaturrahmi", dan menghangatkan kembali hubungan persahabatan dengan teman yang telah lama berpisah, yang kita kenal dengan istilah "ukhuwah".

Ketiga
Momen "Idul Fitri" membawa jiwa kita pada terbukanya fitrah manusia setelah sebulan menahan lapar, haus dan nafsu saithoniah dengan berpuasa, sehingga tumbuh kesadaran akan rasa kasih sayang dan saling cinta kepada sesamanya, terlebih kepada keluarga.

Setidaknya tiga hal inilah yang mendorong seseorang melakukan mudik lebaran, untuk segera bertemu dan mencurahkan rasa rindu, kasih sayang dan cintanya kepada orang-orang yang dicintai, yang akhirnya menjadi sebuah tradisi tiap tahunnya. Dorongan seperti ini, dalam diri seseorang kadang muncul begitu kuat hingga tidak bisa menahan kecuali harus segera memenuhinya, apa pun keadaan dan resikonya. Kuatnya dorongan ini juga sangat dipengaruhi oleh empat faktor kejiwaan yang melandasi cinta dan kasih sayang seseorang, yang terkenal dengan istilah psikologi kasih sayang. Empat faktor itu adalah: penuh perhatian, keinginan untuk memberi, memaklumi kekurangan dan memaafkan kesalahan. Sebenarnya, sifat kasih sayang ini adalah sifat dasar setiap manusia semenjak diciptakan oleh Allah SWT. di mana sebelum manusia ini di lahirkan di dunia, ia tersimpan dalam suatu tempat yang kokoh dan aman dalam perut seorang wanita yang dinamakan "rahim". Rahim ini adalah salah satu nama dari sembilan puluh sembilan Asma Al-Husna atau nama-nama Allah yang indah, yang berarti bahwa Allah mempunyai sifat kasih sayang. Selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari ia tersimpan di sana, dan selama itu pula ia hanya dikenalkan dengan sifat rahim (kasih sayang), sesuai dengan nama tempat ia tersimpan. Hingga pertama manusia lahir ke dunia ia hanya membawa sifat kasih sayang yang telah terbentuk dalam jiwanya selama dalam kandungan (rahim) ibunya. Tatkala manusia dilahirkan di dunia, ia disibukkan oleh urusan dunia yang begitu kompleks, ada kemungkinan sifat ini akan terdesak bahkan tertimbun oleh sifat-sifat lain seperi sifat rakus, iri, dengki dan sifat-sifat saithoniah yang lain. Maka setelah ramadhan, sebulan jiwa dibersihkan dari sifat-sifat saithoniah, manusia akan kembali kepada fitrahnya, yaitu sifat kasih sayang, yang sebenarnya telah menjadi sifat dasar aslinya. Inilah yang setiap tahun kita saksikan bersama berbondong-bondongnya jutaan manusia Indonesia yang melakukan "pulang mudik" untuk bersilaturrahmi atau menjalin tali kasih sayang kepada seluruh keluarga dan kerabat serta menghangatkan kembali ukhuwah dengan sahabatnya di kampung halaman. Dalam kebersihan jiwa mereka dari unsur sifat saithoniah, setelah shaum ramadhan, jiwa-jiwa mereka dipenuhi rasa kasih sayang yang mendesak keinginannya untuk segera dicurahkan kepada keluarga, kerabat dan orang-orang yang dikasihi dan dicintai, seakan kehausan yang segera membutuhkan tetesan air yang sejuk dan menyegarkan, atau seperti pemuda yang dilanda kerinduan kepada kekasih yang ia cinta, ingin segera melepas kerinduannya berjumpa dengan kekasih, apa pun risikonya. Dorongan (baca: kebutuhan) pulang mudik untuk tujuan "bersilaturrahmi" seperti ini melanda setiap muslim tanpa kecuali. Meski tidak sedikit oknum yang mempunyai tujuan untuk "pamer" kekayaan di kampung atas keberhasilannya selama di perantauan. Tidak saja bagi mereka yang kaya, yang punya mobil, punya motor maupun yang hanya punya ongkos naik kendaraan umum saja. Tapi bagi mereka yang tidak punya cukup ongkos pun sebenarnya punya keinginan pulang mudik, bersilaturrahmi kepada sanak famili dan mempererat ukhuwah dengan para sahabat.

Bagi mereka yang pulang mudik dan dalam hatinya ada niat ingin pamer atau ingin menunjukkan kekayaan atau keberhasilannya selama di rantau, saya pikir niat seperti ini tidak seratus persen memenuhi hatinya. Dalam momen lebaran seperti ini meski hatinya tidak seratus persen dipenuhi niat silaturrahmi, yang jelas setidaknya niat bersilaturrahmi sangatlah dominan. Kecuali bagi mereka yang mungkin selama bulan ramadhan tidak pernah berpuasa dan selama hidunya tidak pernah shalat serta jauh dari agama, untuk orang yang model seperti ini saya tidak bisa menjamin. Bisa jadi orang seperti ini hatinya kosong dari niat silaturahmi, tapi hatinya dipenuhi oleh niat pamer atau riya, ingin menunjukkan kesuksesannya kepada keluarga, kerabat, tetangga dan sahabat-sahabatnya. Hal-hal seperti ini sudah menjadi lumrah dalam setiap momen ibadah. Seperti datangnya orang-orang ke masjid pada hari jumat misalnya, ada saja yang datangnya sengaja mau mencuri sandal, bukan niat shalat jumat. Hati orang yang seperti ini jauh dari makna mudik lebaran. Karena mudik lebaran identik dengan makna silaturrahmi.

Inilah yang terjadi dalam masyarakat Indonesia di penghujunng ramadhan menjelang Idul Fitri. Pemerintah tinggal menyikapi searif mungkin. Hargai niat silaturrahmi di musim lebaran mereka yang seakan sudah menjadi kebutuhan batin yang tidak boleh tidak. Meski gelombang pulang mudik ini dapat merepotkan dirjen perhubungan darat, laut maupun udara.

Agaknya tradisi "pulang mudik lebaran" seperti ini telah menjadi tradisi unik yang tidak dimiliki masyarakat dunia manapun. Bisa jadi tradisi ini dijadikan "kekayaan budaya bangsa Indonesia" yang perlu dilestarikan dan kita banggakan serta perlu juga dilindungi oleh negara, bila perlu didaftarkan pada lembaga kebudayaan dunia agar tidak diakui oleh negara lain, hehehe....

---------------------------
mustafa

Merenungi Alam Ciptaan Tuhan

Melihat Alam

Begitu terang alam semesta ini. Langit dan bumi serta segala yang ada di antaranya tampak begitu indah dan mempesona. Keindahan itu tak lain karena sebab nur Allah yang selalu menerangi. Begitu nikmat dirasa apa yang keluar dari padanya. Kenikmatan itu tak lain karena sebab rahmat Allah yang selalu menyertainya. Haruskah kita terpedaya oleh keindahan, kedudukan, kemegahan, kekuasaan, keberhasilan dan kemewahan? Atau kita diputus-asakan oleh kesulitan, kemiskinan, kegagalan dan keterbatasan? Alam benda-benda yang tampak oleh mata, dan alam pikiran yang selalu kita rasa, memberikan pemahaman bagi kita akan hakikat kejadian oleh sang Pencipta, bagi mereka yang tidak menghentikan perhatiannya di sana. Alam semesta ini, sebelum dan sesudah keberadaannya, mengisyaratkan kehadiran sang Pencipta, Allah SWT. Jika kita tidak dapat melihat kehadiran-Nya di sana, maka jelaslah bahwa kita telah jauh dari cahaya dan ma'rifat kepada-Nya, dikarenakan hati kita sebagai pelita telah dihalangi oleh pengaruh pancaran menyilaukan yang keluar dari alam yang ada.

Allah berfirman:

قُلِ انظُرُواْ مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَن قَوْمٍ لاَّ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa`at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (QS.10, Yunus:101)

Memandang bahwa Allah-lah Dzat Yang Maha Kuasa memberi manfaat pada apa yang kita lihat di alam ini, akan menarik kita akan kedekatan kepada-Nya, bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang telah diberikan oleh-Nya, serta mendorong kita menjalani segala apa yang telah diwajibkan-Nya kepada kita. Kedekatan kita kepada-Nya akan mengahantarkan kita pada kesempurnaan pemahaman atas Allah SWT sebagai Tuhan yang telah menciptakan, mengurusi dan menetapkan atas makhluk ciptaan-Nya, hingga kita akan sibuk memikirkan kekuasaan-Nya, berdzikir mengingat kesempurnaan-Nya, serta menjalankan hak-hakNya, sampai kita lupa pada mengikuti apa yang menjadi kesenangan nafsu kita.

Dalam hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda:
قَلَ اللهُ تَعَالَى: عَبْدِي, اَنَاعِنْدَضَنَّكَ بِىْ وَأَنَامَعَكَ اِذَاذَكَرْتَنِىْ
Allah Ta'ala berfirman: "Wahai hamba-Ku, Aku menurut apa yang menjadi prasangkamu kepada-Ku dan Aku bersamamu ketika engkau ingat kepada-Ku."

Semoga kita selamat dari bahaya nafsu yang selalu menjeruskan kita ke lembah nista, bencana jilatan api neraka. Amiin.

08 Juli 2009

Keutamaan Nabi Muhammad SAW

Keutamaan Nabi Muhammad SAW


Jika ada seorang manusia yang dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tugas-tugas-Nya, maka sudah jelas Allah telah mempersiapkan untuknya perbekalan-perbekalan untuk melakukan tugas itu. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW yang dipilih Allah menjadi seorang Rasul-Nya. Dalam menjalankan kerasulannya, maka Nabi Muhammad SAW pun memiliki kelebihan, sebagai mukjizat, yang tidak dimiliki oleh orang biasa. Baik dalam ilmu maupun akhlaknya. Baik sebagai bukti akan kerasulannya maupun sebagai contoh untuk umatnya. Kelebihan yang dimiliki beliau itulah merupakan keutamaan dari seorang yang paling utama di muka bumi ini, sehingga dapat menjadi figur teladan bagi umatnya.

Beberapa keutamaan Nabi Muhammad SAW yang tersebut dalam Al Qur’an adalah sbb:

1. Dalam diri Nabi Muhammad SAW terdapat suri teladan yang baik.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS.33, Al-Ahzaab:21)

2. Nabi Muhammad SAW adalah penutup para Nabi.

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.33, Al-Ahzaab:40)

3. Karena keutamaanya yang besar, hingga Allah dan para malaikat-Nya pun bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS.33, Al-Ahzaab:56)

4. Nabi Muhammad SAW oleh Allah dijadikan Rahmat bagi alam semesta.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. 21, Al-Anbiyaa’:107)

5. Kelahirannya telah ditunggu-tunggu oleh umat sebelumnya.

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata"” (QS.61, Ash-Shaff:6)

6. Nabi Muhammad SAW benar-benar berbudi pekerti agung.

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.68, Al-Qalam:4)

Nabi Saw sangat pema'af. Pernah Nabi berhutang kepada seorang Yahudi bernama Sa’ad bin Sya’nah. Jatuh tempo pembayarannya masih tiga hari lagi. Tetapi Sa’ad menagih sebelum jatuh tempo. Ia mencari Nabi dan bertemu di jalan. Sa’ad langsung memegang selendang Nabi dengan keras seraya berkata, “Kamu hai Bani Abdul Muthallib telah lalai membayar hutang”. melihat kejadian itu, Umar langsung bangkit, ingin menghardik Sa’ad. Nabi mencegah Umar, sambil tersenyum Beliau berkata kepada Umar, “Saya memang mempunyai hutang kepada Sa’ad. Sikap kamu yang lebih tepat wahai Umar adalah menyuruhku untuk membayar hutang dan menyuruh dia menagih hutang dengan cara yang baik. Sebenarnya, jatuh tempo hutang masih tiga hari lagi. Tapi baiklah, tolong bayarkan utang itu dan tambahkan 20 sha’ agar hilang kemarahannya”. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Hibban dan Thabrani).

Demikian beberapa keutamaan yang dapat saya temukan dalam Al Qur’an. Mungkin masih lebih banyak lagi yang belum saya tuliskan di sini.

Sebenarnya dalam diri manusia agung seperti Rasulullah SAW, baik dilihat dari kuantitas dan kualitas keutamaannya jika dibanding dengan kita manusia biasa maka kita akan tercengang dan kagum. Karena begitu banyak dan begitu tingginya keutamaan yang dimiliki beliau. Meski begitu kita sebagai umat beliau tetaplah memandang beliau sebagai manusia yang diutus oleh Allah SWT sebagai Rasul yang mengemban amanat-Nya, menyampaikan ajaran tauhid kepada seluruh manusia di muka bumi. Banyak hal-hal yang dimiliki dan dapat dilakukan beliau tapi tidak oleh manusia lain. Inilah mukjizat yang membuktikan bahwa beliau adalah benar-benar Rasul Allah SWT.

Firman Allah:

“Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".(QS.Al-Kahfi [18]:110)

“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (QS.As-Syu’ara’[26]: 107)

Kita tahu bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada beliau. Dan kalau kita renungkan surat Al-Hasyr ayat 21, di mana jika Allah menurunkan Al-Qur’an kepada gunung, lalu dijadikan-Nya pada gunung tersebut akal sebagaimana manusia, pasti gunung akan terpecah belah.

لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعاً مُّتَصَدِّعاً مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS.59:21)

Ini adalah keterangan Al-Qur’an yang Allah turunkan, untuk meyakinkan kita dan bukti akan kerasulan beliau yang diberi mukjizat oleh Allah sebagai keutamaan beliau. Dalam tafsir Jalalain pada ayat berikutnya (ayat 23) menerangkan, yang terjemahannya adalah:

(Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci) dari semua apa yang tidak layak bagi keagungan dan kebesaran-Nya (Yang Maha Selamat) artinya Yang Bebas dari segala sifat-sifat kekurangan (Yang Maha Mengamankan) para rasul-rasul-Nya dengan menciptakan mukjizat bagi mereka (Yang Maha Memelihara) berasal dari lafal haimana-yuhaiminu, dikatakan demikian apabila seseorang selalu mengawasi sesuatu. Makna yang dimaksud ialah, Dia Maha Menyaksikan amal perbuatan hamba-hamba-Nya (Yang Maha Perkasa) yakni Yang Maha Kuat (Yang Maha Kuasa) untuk memaksa makhluk-Nya supaya menuruti apa yang dikehendaki-Nya (Yang Maha Agung) dari semua sifat yang tidak layak bagi keagungan-Nya. (Maha Suci Allah) Dia memahasucikan Zat-Nya sendiri melalui ayat ini (dari apa yang mereka persekutukan) dengan-Nya. (Jalalain, QS.59:23)

Sejarah mencatat, ketika beliau dilempari batu oleh orang-orang Thaif hingga beliau berlumuran darah, saat itu malaikat mau melempar orang-orang Thaif dengan bukit agar mereka binasa tapi Nabi melarang, karena Nabi menganggap kejadian yang menimpanya karena orang-orang Thaif tidak mengerti masalah kerasulan dan Islam. Beliau berharap meski mereka tidak mengerti tapi anak keturunan mereka mungkin masih bias diharapkan. Begitu agungnya sikap beliau ini. Begitu juga ketika peristiwa Fathu Makkah (pembebasan Makkah). Orang-orang Quraisy yang sebelumnya memerangi Nabi dan sabatnya, baik pada awal Islam (sebelum Hijrah) maupun setelah Hijrah ke Madinah, di mana Paman beliau Hamzah ra. dan beberapa shabat beliau gugur karena kebiadaban mereka, tetapi setelah peristiwa Fathu Makkah, mereka dimaafkan, tak ada sedikit pun dendam atau ingin membalas kejahatan mereka.

Banyak riwayat yang menerangkan bahwa terjadi peristiwa yang dapat dijadikan pendukung atas bukti kerasulan beliau, yaitu ketika beliau dilahirkan, Ibnu Sa’ad meriwayatkan, bahwa Ibu Rasulullah SAW berkata, “Setelah bayi keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam.” Al-Baihaqy juga meriwayatkan bahwa bersamaan dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW sepuluh balkon istana Kisra runtuh dan api yang biasa disembah orang-orang Majusi padam, serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah seketika itu juga gereja-gereja itu amblas ke dalam tanah.

Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan, bahwa Nabi SAW menonjol di tengah kaumnya karena perkataannya yang lemah lembut, akhlaknya yang utama, sifat-sifatnya yang mulia. Beliau adalah orang yang paling utama kepribadiannya di tengah kaumnya, paling bagus akhlaknya, paling terhormat dalam pergaulannya dengan tetangga, paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, karena beliau menghimpun semua keadaan yang baik dan sifat-sifat yang diridhai orang lain. Keadaan beliau juga digambarkan Ummul Mukminin Khadijah Ra, “Beliau membawa bebannya sendiri, memberi orang miskin, menjamu tamu dan menolong siapa pun yang hendak menegakkan kebaran.”

Hal serupa juga digambarkan dalam Al-Qur’an:

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.” (QS.9, At-Taubah:128)


=========================

by: musthaf

sumber bacaan:

1. Al-Qur'an dan Tejemahan, Depag

2. Ringkasan Shahih Al-Bukhari, Az-Zabidi

3. Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury

4. Sumber-sumber lain


22 Juni 2009

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, jawaban Sayyid Muhammad Al-Maliki

Berkumpulnya orang-orang memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw pertama kali dilaksanakan pada tahun 1187 M di Mesir, pada masa pemerintahan Sultan Shalahuddin Al Ayyubi (1138-1193 M). Dengan harapkan dapat memberikan semangat jihad dan pengaruh psikologis yang dasyat dalam diri umat Islam yang saat itu sangat dibutuhkan untuk membebaskan Palestina dari cengkraman pasukan salib dari negeri-negeri Kristen Eropa. Dengan dilaksanakan peringatan Mauli ini, Sultan Shalahuddin Al Ayyubi berhsil menggugah kembali semangat jihad umat Islam hingga berhasil pula usaha pembebasan Palestina dari pasukan salib.

Peringatan Maulid hingga kini makin marak saja dilaksanakan oleh umat Islam di kebanyakan negara-negara Islam, terutama di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara semangat dan ghirah keislaman umat. Meski hampir 10 abad dilaksanakan, tapi masih ada kalangan yang menolaknya. Di antara mereka mengatakan bahwa, orang-orang yang mengadakan peringatan Maulid Nabi menjadikannya sebagai hari raya ( 'Id ) yang syar'i, seperti 'Idul Fitri dan 'Idul Adha, padahal peringatan itu, menurut mereka, bukanlah suatu yang berasal dari ajaran Islam. Mereka juga mengatakan bahwa, acara peringatan Maulid Nabi adalah amalan bid'ah dan ungkapan-ungkapan dalam syair Maulid sarat mengandung kemusyrikan.

Menanggapi tuduhan-tuduhan mereka, ulama Ahlussunnah Waljama'ah, seperti Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki mengulas seputar Maulid Nabi sebagai jawaban atas tuduhan mereka. Beliau mengatakan sebagai berikut:

Hari Maulid Nabi Saw bukanlah 'id, dan kita tidak memandangnya sebagai 'Id, karena ia lebih besar, lebih agung dan lebih mulia dari 'Id. 'Idul Fitri dan 'Idul Adha hanya berlangsung sekali dalam setahun, sedang peringatan Maulid Nabi Saw, mengingat beliau dan sirahnya, harus berlangsung terus, tidak terkait waktu dan tempat.

Hari kelahiran beliau lebih agung dari pada 'Id. Mengapa? Karena beliaulah yang membawa 'Id dan berbagai kegembiraan yang ada di dalamnya. Karena beliau pula, kita memiliki hari-hari lain yang agung dalam Islam. Jika tidak ada beliau, tidak ada bi'tsah (dibangkitkannya beliau sebagai rasul), Nuzulul Qur'an (turunnya Al Qur'an), Isra' Mi'raj, hijrah, kemenangan dalam perang Badar, dan Fath Makkah (penaklukan Makkah), karena semua itu berhubungan dengan beliau dan dengan kelahiran beliau, yang merupakan sumber dari kebaikan-kebaikan yang besar.

Sebelum mengemukakan dalil-dalil dibolehkannya peringatan Maulid, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan acara Maulid.

Pertama
Kita memperingati Maulid Nabi SAW bukan hanya tepat pada hari kelahirannya, melainkan selalu dan selamanya, di setiap waktu dan kesempatan, ketika kita mendapatkan kegembiraan terlebih lagi pada bulan kelahiran beliau, yaitu Rabi'ul awal, dan pada hari kelahiran beliau, hari senin. Tidak layak bagi seorang yang berakal bertanya, "Mengapa kalian memperingatinya?" Karena, seolah-olah ia bertanya, "Mengapa kalian bergembira dengan adanya Nabi SAW?" Apakah sah jika pertanyaan ini timbul dari seorang muslim yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah? Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang bodoh dan tidak membutuhkan jawaban. Seandainya pun saya, misalnya, harus menjawab, cukuplah menjawab dengan, "Saya memperingatinya karena saya gembira dengan beliau karena saya mencintainya, dan saya mencintainya karena saya seorang mukmin."

Kedua
Yang kita maksud dengan peringatan Maulid adalah berkumpul untuk mendengarkan sirah beliau dan mendengarkan pujian-pujian tentang diri beliau, juga memberi makan orang-orang yang hadir, memuliakan orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan serta menggembirakan orang-orang yang mencintai beliau.

Ketiga
Kita tidak mengatakan bahwa peringatan Maulid itu dilakukan pada malam tertentu dan denan cara tertentu yang dinyatakan oleh nash-nash syari'at secara jelas, sebagaimana shalat dan ibadah yang lain. Tidak demikian. Peringatan Maulid itu tidak seperti shalat, puasa dan ibadah. Tetapi juga tidak ada dalil yang melarang peringatan ini, karena berkumpul mengingat Allah dan Rasul-Nya serta hal-hal lain yang baik adalah sesuatu yang harus diberi perhatian semampu kita, terutama pada bulan Maulid.

Keempat
Berkumpulnya orang untuk memperingati acara ini adalah sarana untuk dakwah, dan merupakan kesempatan yang sangat berharga dan tidak boleh dilewatkan. Bahkan, para da'i dan ulama wajib memperingatkan umat tentang Nabi, baik akhlaknya, hal ihwalnya, sirahnya, muamalahnya maupun ibadahnya, di samping menasihati mereka menuju kebaikan dan kebahagiaan serta memperingatkan mereka dari bala', bid'ah, keburukan dan fitnah.

Yang pertma merayakan Maulid Nabi SAW adalah Shahibul Mauid sendiri, yaitu Nabi SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim bahwa, ketika ditanya mengapa puasa di hari senin, beliau menjawab, "Itu kelahiranku." Ini nash yang paling nyata yang menunjukkan bahwa memperingati Maulid Nabi adalah sesuatu yang dibolehkan syara'.

Dalil Dalil Maulid
Banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai dasar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pertama
Peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu.

Kedua
Beliau sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah pada hari itu atas nikmatNya yang terbesar kepadanya.

Ketiga
Gembira dengan Rasulullah SAW adalah perintah Qur'an. Allah SWT berfirman: "katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira'." (QS. Yunus: 58) Jadi, Allah menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmatNya, sedang Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an, "Dan tidaklah Kami mungutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-An'am: 107)

Keempat
Nabi SAW memperhatikan kaitan antara waktu dan kejadian-kejadian keagamaan yang besar yang telah lewat. Apabila datang waktu ketika peristiwa itu terjadi, itu merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya.

Kelima
Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta'ala, "Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya." (SQ. AL-Ahzab; 56)
Apa saja yang mendorong orang melakukan sesuatu yang dituntut oleh syara', berarti juga itu dituntut oleh syara'. Berapa banyak manfaat dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.

Keenam
Dalam peringatan Maulid disebut tentang kelahiran beliau, mukjiza-mukjizatnya, sirahnya dan pengenalan tentang pribadi beliau. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenalnya serta dituntut untuk meneladaninya, mengikuti perbuatannya, dan mengimani mukjizatnya. Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan lengkap.

Ketujuh
Peringatan Maulid merupakan ungkapan ungkapan membalas jasa beliau dengan menunaikan sebagian kewajiban kita kepada beliau dengan menjelaskan sifat-sifat yang sempurna dan akhlaknya yang utama.
Dahulu, di masa Nabi, para penyair datang kepada beliau melantunkan qashida-qashidah yang memujinya. Nabi ridha (senang) dengan apa yang mereka lakukan dan memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. Jika beliau ridha dengan orang yang memujinya, bagaimana beliau tidak ridha kepada orang yang mengumpulkan keterangan tentang perangai-perangai beliau yang mulia. Hal itu juga mendekatkan diri kepada beliau, yakni dengan menarik kecintaannya dan keridhaannya.

Kedelapan
Mengenal perangai beliau, mukjizat-mukjizatnya, dan irhashnya (kejadian-kejadian yang luar biasa, yang Allah berikan kepada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi rasul), menimbulkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan terhadapnya.
Manusia itu diciptakan menyukai hal-hal yang indah, baik fisik (tubuh) maupun ahlaq, ilmu maupun amal, keadaan maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih indah, lebih sempurna, dan lebih utama dibandingkan ahlaq dan perangai Nabi. Menambah kecintaan dan kesempurnaan iman adalah dua hal yang dituntut syara'. Maka, apa saja yang memunculkannya juga merupakan tuntutan agama.

Kesembilan
Mengagungkan Nabi SAW itu disyar'iatkan. Dan bahagia dengan hari kelahiran beliau dengan menampakan kegembiraan, membuat jamuan, berkumpul mengingat beliau, serta memuliakan orang-orang fakir, adalah tampilan pengagungan, kegembiraan dan rasa syukur yang paling nyata.

Kesepuluh
Dalam ucapan Nabi SAW tentang keutamaan hari jum'at, disebutkan bahwa salah satu dianaranya adalah, "Pada hari itu Adam AS diciptakan," Hal itu menunjukkan dimuliakannya waktu ktika seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana dengan hari dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling mulia?

Kesebelas
Peringatan Maulid adalah perkara yang dipandang bagus oleh para ulama dan kaum muslimi di seluruh negeri dan telah dilakukan di semua tempat. Karena itu, ia dituntut oleh syara', berdasarkan kaidah yang diambil dari hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud, " Apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah".

Kedua belas
Dalam peringatan maulid tercakup berkumpulnya umat, dzikir, sedekah, dan pengagungan kepada Nabi SAW. Semua itu dituntut oleh syara' dan terpuji.

Ketiga belas
Allah SWT berfirman, "Dan semua kisah-kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, yang dengannya Kami teguhkan hatimu." (QS.Hud: 120). Dari ayat ini nyatalah bahwa, hikmah dikisahkannya para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak diragukan lagi bahwa saat ini pun kita butuh untuk meneguhkan hati kita dengan berita-berita tenteng beliau, lebih dari kebutuhan beliau akan kisah para nabi sebelumnya.

Keempat belas
Tidak semua yang tidak pernah dilakukan oleh para salaf dan yang tidak ada di awal Islam berarti bid'ah yang mungkar dan buruk, yang haram untuk dilakukan dan wajib unuk ditentang, melainkan apa yang "baru" itu (yang belum dilakukan) harus dinilai berdasarkan dalil-dalil syara'.

Kelima belas
Tidak semua bid'ah itu diharamkan. Jika haram, niscaya haram-lah pengumpulan Al Qur'an yang dilakukan Abu Bakar, Umar, dan Zaid, dan penulisannya di mushaf-mushaf karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat yang hafal Qur'an. Haram pula apa yang dilakukan Umar ketika mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang imam ketika melakukan shalat tarawih, padahal ia mengatakan, "Sebaik-baik bid'ah adalah ini." Banyak lagi perbuatan baik yang sangat dibutuhkan umat akan dikatakan bid'ah yang haram apabila semua bid'ah itu diharamkan.

Keenam belas
Peringatan Maulid Nabi meski tidak ada di zaman Rasulullah SAW, sehingga merupakan bid'ah hasanah (bid'ah yang baik), karena ia tercakup di dalam dalil-dalil syara' dan kaidah-kaidah kulliyyah (umum).

Ketujuh belas
Semua yang tidak ada pada masa awal Islam dalam bentuknya tetapi perincian-perincian amalnya ada, juga dituntut oleh syara'. Karena, apa yang tersusun dari hal-hal yang berasal dari syara' , itu pun dituntut oleh syara'.

Kedelapan belas
Imam Asy-Syafi'i mengatakan, "Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan di masa Nabi SAW) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijma' atau sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bid'ah yang sesat. Ada pun suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan yang tersebut itu adalah terpuji".

Kesembilan belas
Setiap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syar'i dan tidak dimaksud untuk menyalahi syari'at dan tidak pula mengandung suatu kemungkaran, itu termasuk ajaran agama.

Kedua puluh
Memperingati Maulid Nabi SAW berarti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang Rasulullah, dan itu menurut kita disyari'atkan dalam Islam. Sebagaimana yang anda lihat, sebagian besar amaliyah haji pun menghidupkan ingatan tentang peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.

Kedua puluh satu
Semua yang disebut sebelumnya tentang dibolehkannya secara syari'at peringatan Maulid Nabi SAW hanyalah pada peringatan-peringatan yang tidak disertai perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib ditentang. Ada pun jika peringatan Maulid mengandung hal-hal yang disertai suatu yang wajib diingkari, seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan, dilakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, dan banyaknya pemborosan dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak diridhai shahibul maulid, tak diragukan lagi bahwa itu diharamkan. Tapi keharamannya itu bukan pada peringatan Maulidnya itu sendiri, melainkan pada hal-hal yang terlarang tersebut.

------------------------------------------------------
oleh : musthaf
sumber bacaan: ALKISAH NO.06/10