27 April 2009

Menyatakan Perang dengan Setan...!!!

Menyatakan Perang dengan Setan..!!!

Latar Belakang memerangi Setan:

Pertama:
Setan adalah nyata-nyata sebagai musuh yang selalu menyesatkan. Ia tidak bisa diharapkan untuk diajak baik. Ia juga tidak akan membiarkan kita berbuat baik. Bahkan setan tidak akan merasa puas sebelum kita hancur binasa. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi kita merasa aman dari musuh semacam ini, dan melupakan kejahatannya.

Coba kita renungkan dua ayat firman Allah berikut:

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا۟ ٱلشَّيْطَـٰنَۖ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (QS.Ya Siin:60)

إِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۖ
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), "(QS. Fathir:6)

Ayat tersebut merupakan peringatan yang tegas dan keras bagi kita.

Kedua:
Setan memang tercipta dengan watak memusuhi kita untuk selama-lamanya, tanpa mengenal lelah dan menyerah kalah. Sepanjang siang dan malam setan selalu meluncurkan anak panahnya bertubi-tubi kepada kita. Jika kita lengah, dapat kita bayangkan apa akibatnya?

Selanjutnya, ada keadaan yang dapat kita alami, yaitu dalam beribadah kepada Allah dan mengajak manusia untuk datang ke pintu rahmat Allah. Kita melakukannya dengan perbuatan dan ucapan. Keadaan ini berlawanan dengan usaha, tujuan, keinginan dan perbuatan setan. Maka kita seolah-olah bertindak dan menyingsingkan lengan baju untuk membuat marah setan, melawan dan menantangnya. Karena itu, setan juga bertindak dan menyingsingkan lengan baju untuk memusuhi kita, memerangi dan melancarkan berbagai tipu daya agar bisa merusak agama dan ibadah kita, bahkan merusak segala urusan kita. Kenapa? Sebab setan merasa tidak aman setelah kita menantangnya dengan persiapan-persiapan taat kepada Allah. Setan beraksud merusak orang yang tidak membuatnya marah dan tidak melawan, melainkan membenarkan dan menyetujuinya seperti orang-orang kafir, orang sesat dan orang-orang yang mencintai setan dalam sebagian keadaan. Lalu bagaimana tanggapan setan terhadap orang yang sengaja membuatnya marah dan memusatkan perhatiaan untuk melawannya? Bagaimana pun setan tetap musuh yang nyata bagi semua anak keturunan Adam As.

Ada permusuhan setan secara khusus bagi kita. Urusan diri kita bagi setan merupakan suatu hal yang penting, dan dalam menghadapi kita, setan mempunyai pembantu-pembantu. Pembantu setan ang paling berat bagi kita adalah hawa nafsu kita sendiri. Setan juga mempunyai banyak jalan dan pintu untuk menyusup masuk ke dalam benteng pertahanan kita, jika kita dalam keadaan lengah.

Seperti apa yang dikatakan oleh Yahya bin Mu'adz Ar-Razi. Beliau berkata: "Setan itu memiliki banyak waktu luang, sedang kita begitu sibuk. Setan dapat melihat kita, sedang kita tidak bisa melihatnya. Kita begitu mudah melupakannya, sedang ia tidak pernah lupa pada kita. Dan setan mempunyai banyak pembantu dalam diri kita."

Jika demikian posisi setan, maka kita harus terus memeranginya dan mengalahkannya. Kalau tidak, maka kita tidak akan aman dari kerusakan dan kebinasaan. Lalu dengan apa kita harus memerangi setan untuk dapat mengalahkannya?
Para Ulama ahli memerangi setan, mempunyai dua cara, yaitu:

  1. Sebagian Ulama mengatakan, bahwa cara menolak setan, tidak lain adalah dengan memohon perlindungan Allah swt. Karena setan itu ibarat anjing yang diberi kuasa oleh Allah memerangi kita. Jika kita sibuk memeranginginya, kita akan kepayahan dan menghabiskan waktu saja, yang pada ahirnya kitalah yang kalah. Karena itu dengan melapor kepada Tuhan (Allah) yang menguasai anjing itu (setan), agar segera menyingkirkannya dari kita. Ini adalah cara yang lebih utama dan paling tepat.
  2. Ulama lain mengatakan, bahwa cara menolak setan adalah dengan bersungguh-sungguh (mujahadah) dan selalu dalam kesiagaan penuh melakukan penolakan, penangkalan dan perlawanan.
Sedang menurut Imam Al Ghozali, cara yang optimal dalam memerangi setan adalah dengan cara mengkombinasikan dua cara tersebut. Jadi, pertama kali kita harus selalu memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan, sebagaimana yang diperintahkan Allah. Karena hanya Allah sajalah yang kuasa menyelesaikan kejahatan setan.

Kemudian jika setan selalu dapat mengalahkan kita, maka harus menyadari bahwa kemenangan setan itu merupakan ujian dari Allah, agar kita lebih bersungguh-sungguh memerangi dan mengoptimalkan kekuatan dalam melaksanakan perintah Allah, serta agar kita benar-benar bersabar. Sama halnya perintah Allah kepada kita untuk menghadapi dan memerangi orang-orang kafir, padahal hakekatnya Allah kuasa menumpas orang-orang kafir. Maksudnya tidak lain adalah supaya kita mendapat bagian amal perang, amal sabar, bisa bersih dari dosa dan bisa memperoleh derajat sebagai syuhada. Sebagai mana firman Allah swt:

وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ .....
".....dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (QS. Ali Imran:140)

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَـٰهَدُوا۟ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar." (QS. Ali Imran:142)

Demikian sedikit gambaran dan renungan kita dalam menghadapi reka yasa, tipu daya dan kejahatan setan yang selalu menghalagi kita beribadah kepada Allah.
Semoga bermanfaat.
============================
Minhajul Abidin
diposting oleh: Musthaf

10 April 2009

DZIKIR BERJAMA'AH

Dzikir Berjama’ah Secara Jahr


Fadzkuruunii Adzkurkum. (Ingatlah/berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku mengingat kalian) [QS. Al-Baqoroh: 152]

Camkanlah, bahwa dengan dzikrullah itu hati menjadi tenang! [QS. Ar-Ra’d: 28]

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. [QS. Al-Kahfi: 28]

Disunnahkan bagi orang-orang yang selesai mendirikan shalat berjama’ah untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir secara berjama’ah. Hal tersebut didasarkan pada hadits Sayyidina Abdullah bin Abbas ra, beliau berkata, “Sesungguhnya mengangkat suara dalam dzikir ketika orang-orang telah selesai dari shalat fardhu itu terjadi pada masa Rasulullah SAW.” [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim]

Al-Hafizh Ibnu Hajar rah.a mengatakan dalam Fat-hul Bari, “Dalam hadits tersebut terkandung makna bolehnya mengeraskan dzikir setelah mendirikan shalat.”

Adapun hadits “Irba’uu ‘alaa anfusikum fa innakum laa tad’uuna ashomma wa laa ghaa-iba” menjelaskan larangan mengangkat suara ketika berdzikir sambil berjalan-jalan dan bukan ketika berjama’ah di suatu majelis. Jika menjahr dzikir itu di larang, lalu bagaimana dengan takbiran yang dilakukan pada hari ‘Id?

Syaddad bin Aus ra juga meriwayatkan, dan dibenarkan oleh Ubadah bin Ash-Shamit, dia berkata: Kami berada di sisi Rasulullah SAW ketika beliau bersabda, “Adakah di antara kalian orang yang asing?” Kami menjawab, “Tidak ada yaa Rasulullah.” Lalu beliau memerintahkan untuk mengunci pintu, lalu bersabda, “Angkatlah kedua tangan kalian, lalu ucapkanlah LAA ILAAHA ILLALLAAH.” Kami pun mengangkat kedua tangan kami sesaat. Kemudian Rasulullah SAW meletakkan tangannya dan bersabda, “Al-hamdu lillaah, yaa Allaah, sesungguhnya Engkau telah mengutusku dengan (mengemban) kalimat (tauhid) ini. Engkau memerintahkan aku untuk mengamalkannya, dan Engkau menjanjikan surga bagiku karenanya. Sesungguhnya Engkau tidak mengingkari janji.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Bergembiralah, karena sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian.” [HR. Imam Ahmad, Imam Thabrani, Al-Bazzar, Imam Al-Hakim]

Banyak lagi hadits shahih yang mengungkapkan masalah mengangkat suara dalam dzikir berjama’ah. Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa hal ini adalah perkara bid’ah. Hanya kaum yang lemah aqal dan kurang memahami syari’at saja yang menganggap hal ini sebagai perkara bid’ah. Wallahu a’lam.

_____________________________________________
sumber:http://manhaj-salaf.net46.net/dzikir-berjamaah-secara-jahr/

ANTARA KHAUF DAN RAJA'

Khauf dan Rajaa'

Berjalan mendekatkan diri dan mencari keridloan Allah, dihadapan kita banyak dijumpai rintangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam diri kita, yang terang-terangan (yang disadari) maupun yang tersembunyi (tidak disadari). Untuk menghadapi itu semua maka kita harus mempunyai rasa takut terhadap amcaman azab Allah (Khauf) dan pengharapan terhadap rahmat Allah (Raja') serta memenuhi perimbangan antara khaf dan raja'.

ALASAN PENTINGNYA RASA KHAUF

Pertama.
Agar terhindar dari kemaksiatan. Sebab nafsu yang ada pada diri kita sangat cenderung melakukan perbuatan jahat, dan selalu bermain mata dengan fitnah. Seperti tidak ada henti-hentinya nafsu ini mendorong dan menarik kita pada perbuatan demikian. Oleh karena itu kita harus mengancam dan membuat nafsu itu menjadi takut, dengan cara mencambuk dan mendera, baik berupa ucapan tindakan maupun pikiran. Sebagaimana yang dituturkan seorang shaleh, "Suatu ketika nafsuya mengajak berbuat maksiat, lalu ia keluar dan berguling- guling di atas pasir yang panas seraya berkata kepada nafsunya: "Rasakanlah! Neraka jahanam itu lebih panas dari pada apa yang anda rasakan ini. Paada malam hari engkau menjadi bangkai, sementara siang harinya menjadi pemalas."

Kedua.
Agar tidak ujub atau berbangga diri/sombong pada ketaatan dan amal shalehnya. Sebab jika sampai bersikap ujub, maka dapat menyebabkan celaka. Sekalipun kita sedang berbuat ketaatan, kita harus selalu waspada terhadap nafsu. Nafsu harus tetap dipaksa dengan dicela dan dihinakan tentang apa yang ada padanya, berupa kejahatannya, dosa-dosa dan berbagai macam bahayanya.

Diceritakan dari Hasan Bashri, bahwa ia berkata: "Salah seprang diantara kita tidak aka aman, setelah melakukan dosa, sementara pintu ampunan telah ditutup, tanpa bisa memasukinya. sehingga salan seorang dari kita yang berbuat maksiat itu, brarti berbuat tidak pada tempatnya."

Abdullah bin Mubarak ppernah mencela nafsunya sendiri dengan berkata: "Ucapan anda seperti ucapan orang zuhud, tapi perbuatan anda seperti perbuatan orang munafik. Sementara anda ingin masuk surga. Jauh amat, mana mungkin? Surga itu ada orang-orangnya sendiri. Orang-orang yang masuk surga itu tidak beramal seperti yang anda lakukan."

Ucapan peringatan seperti itu sebaiknya sering diulang-ulang, untuk mengingatkan diri sendiri, agar tidak bersikap ujub dalam melakukan ketaatan dan agar tidak terjerumus pada kemaksiatan.

ALASAN PENTINGNYA MEMILIKI RASA RAJA'

Pertama.
Agar bersemangat dalam melakukan ketaatan. Sebab berbuat baik itu beradan setan senantiasa mencegahnya, hawa nafsu tah henti-hentinya mengajak paa selain yang baik. Seperti keadaan kebanyakan orang yang lalai, mereka mempunyai watak menuruti hawa nafsu secara terang-terangan.Sedang pahala yang dicari dengan ketaatan itu tidak kelihatan mata dan bersifat gaib. Sementara jalan memperoleh pahala itu begitu jauh.
Apabila demikian keadaannya, tentu nafsu tidak bersemangat dalam mengerjakan kebaikan, tidak menyukai dan tidak pula mau bergerak guna melakukan kebaikan. Dalam menghadapi hal ini, harus dihadapi dengan raja' yang kuat, mengharap rahmat Allah dan kebaikan pahala-Nya.

Guru Imam Ghozali berkata: "Kesedihan itu dapat mencegah manusia dari makan. Khouf dapat mencegah orang berbuat dosa. Sedang raja' bisa menguatkan keinginan untuk melakukan ketaatan. Ingat mati dapat menjadikan orang bersikap zuhud dan tidak menganbil kelebihan harta duniawi yang tidak perlu.

Kedua.
Agar merasa ringan menanggung berbagai kesulitan dan kesusuhan.
Barang siapa telah mengetahui kebaikan akan sesuatu yang menjadi tujuan, tentu menjadi ringan untuk mengeluarkan apa yang perlu diberikan. Ketika orang benar-benar menyukai sesuatu, tetnu ia sanggup memikul beban beratnya dan tidak akan peduli apa yang akan ia hadapi dan berapapun ongkosnya. Jika seorang telah benar-benar mencintai orang lain, tentu ia dengan senang hati ikut menanggung cobaan orang yang ia cintai itu. Bahkan merasa senang dengan cobaan itu.
Coba lihat orang yang mengambil madu di sarang lebah, ia tidak mempedulikan sengatan lebah itu. karena ingat akan manisnya madu. Begitu pula orang-orang yang tekun beribadah, mereka bersungguh-sungguh apabila ia teringat surga yang indah dengan berbagai kenikmatannya, kecantikan bidadari-bidadarinya, kemegahan istananya, kelezatan makanan dan minumannya, keindahan pakaian dan keelokan perhiasannya dan semua apa yang disediakan Allah di dala surga. Mereka merasa ringan menanggung beban kepayahan dalam beribadah, walaupun tidak sempat merasakan kenikmatan dan kelezatan dunia.

Diceritakan, bahwa murid-murid Sufyan Ats-Tsauri berkata kepadanya, mengenai ketakwaan dan kesunguhan ibadahnya serta kesahajaan keadaannya yang selama ini mereka liat. Mereka berkata: "Wahai Ustadz, seandainya Anda mau mengurangi kepayahan yang demikian itu, tentu Anda tetap dapat mencapai maksud Anda, insya Allah,"
Sufyan menjawab, "Bagaimana aku tidak bersungguh-sungguh, sebab aku pernahmendengar bahwa ahli surga itu berada pada tempat mereka, lalu datanglah nur yang menerangi delapan surga. Mereka menyangka bahwa nur itu datang dari sisi Allah, maka mereka pun menyungkurkan wajahnyabersujud. Lalu ada panggilan dari arah Allah: " Wahai penduduk surga! Anggkatlah kepala Anda! Apa yang Anda sangka itu tidak lain hanyalah nur seorang bidadari yang tersenyum didepan suaminya."

Selanjutnya Sufyan mendendangkan bait-bait syairnya:

"Tidak akan emerasakan keberatan menghadapi bahaya
orang yang surga Firdaus sebagai tempatnya.
Kamu dapat melihatnya berjalan dalam keadaan menanggung
sedih dan gelisah khawatir dan takut,
menuju ke masjid-masjid
berjalan dengan pakaian yang sederhana dan lusuh
Hai nafsu!
Kamu pasti tidak akan kuat menahan jilatan nyala api
yang berkobar-kobar
sudah saatnya kau menghadap, setelah lama berpaling."


Saya katakan, jadi pokok urusan ibadah itu berkisar pada dua ha, yaitu melakukan taat kepada Allah dan menghentikan laku maksiat. Keduanya tidak akan berjalan dengan baik dan sempurna, sementara nafsu senantiasa mengajak pada kejahatan.

Nafsu semacam itu harus diatasi dengan membuat senang kepada pahala Allah dan menakut-nakuti dengan siksa-Nya, berharap akan janji Allah, sekali gus menakut-nakuti dengan siksa azab-Nya. Karena binatang binal saja membutuhkan orang yang menuntun dan menggiring. Ketika terjerumus ke jurang, kadang-kadag perlu dicambuk dengan cemeti, disamping diperlihatkan gandum (makanan kesukaannya) kepada binatang itu, agar ia segera bangkit dan selamat dari jurang itu.

Begitu pula dengannafsu, ia seperti binatanag binal yang terperosokke dalam jurang kecintaan dunia. Maka harus dicambuk dengan ditakut-takuti siksa dan dihalang-halangi, disamping diberi harapan dengan perkara yang menyenangkan dan dengan menuntunya. Demikian pula seorang hamba yang hendak ibadah dan riyadhoh, harus mendidik nafsunya dengan dua hal tersebut, yaitu dengan Raja' dan khauf. Jika tidak, maka nafsu tidak akan mau diajak ibadah.Dalam kontek inilah banyak ayat-ayat Al Qur'an yang menyebut dua hal tersebut, mengenai janji da ancaman, janji dan pahala surga yang menyenangkan dan ancaman siksa yang menakutkan.
Penjelasan megenai janji pahaa yang menggiurkan membuat seseorang tidak sabar untuk segera meraihnya. Sementara mengenai ancaman siksa neraka yang mengerikan, membuat seorang tidak memiliki kesabaran untuk segera lari menjauhinya.

Demikian, Kita harus memiliki rasa takut pada azab Allah yang amat pedih (khauf), dan harapan akan janji pahala surga yang penuh kenikmatan (raja'), agar tujuan ibadah yang dimaksud dapat tercapai. Dan kita pun menjadi merasa ringan kemasyakatan dalam menjalani ibadah. Kepada Allah kita memohon petunjuk, dengan anugrah dan rahmat-Nya.

09 April 2009

TAKWA

Tentang Takwa

Allah berrfirman:
ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَـٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۗ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِ٨يثًا﴿٧
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.(QS.4:87)

Firman-Nya lagi:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقًّا ۚ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلًا ﴿١٢٢
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah? (QS.4:122)

Firman-Nya lagi:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾ وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَ‌ٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَ‌ٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾ وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ ﴿١٠٤﴾ وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُوا۟ وَٱخْتَلَفُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَـٰتُ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١٠٥


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (QS.3:102-105) "

Firman Allah yang berbunyi:"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya",merupakan perintah Allah 'Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya dari golongan kaum mu'minin, agar bertakwa. Karena, Tuhan telah menghimpun di dalam sifat itu segala kebaikan dunia dan akhirat. Kemudian kaum mu'minin diperintahkan pula untuk bertakwa kepada-Nya, agar mereka dapat memperoleh kejayaan dan penghormatan yang telah disediakan di dalam sifat takwa itu dari kebajikan dan kesempurnaan, juga kebahagiaan dan kemenangan, semata-mata sebagai rahmat kepada hamba-hamba-Nya dari kaum mu'minin. Demikianlah Allah Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya yang mu'min.

Sedang takwa juga merupakan wasiat Allah yang paling utama untuk orang-orang यांग terdahulu dan yang datang kemudian. Perhatikan firman Allah berikut ini:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ

"Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu, bertakwalah kepada Allah". (QS.4:131)

Karena itu, tidak ada suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat, kebaikan lahir maupun batin, melainkan hanya takwa yang menjadi perintis dan penyebab yang menghantarkan kita kepada-Nya. Demikian pula sebaliknya, tiada satu kejahatan pun di dunia maupun di akhirat, kejahatan lahir maupun batin, melainkan hanya takwa yang bakal menjadi dinding yang kokoh dan benteng yang teguh untuk menyelamatkan kita daripadanya (kejahatan itu) dan melepaskan kita dari bencananya.

Dalam hal ini, Allah SWT. telah banyak menjelaskan kepada kita melalui kitab suci-Nya, Al Qur'an Al Karim, bahwa di dalam sifat takwa kebahagiaan yang utama dan kebaikan yang tak terhitung banyaknya.

Di antara kebaikan-kebaikan itu ialah:

1. Keikutsertaan Tuhan dalam pemeliharaaan diri kita.
Allah berfirman:

وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

"Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS.2:194)

2. Kebaikan lainnya adalah, Ilmu Laduni.
Allah berfirman:

وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُ

"Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu." (QS.2:282)

3. Dengan takwa mampu membedakan timbulnya kekeliruan atau berlakunya suatu kemusyrikan. Juga sebagai penebus kesalahan dan penyucian dosa-dosa.
Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS.8:29)

4. Selamat dari api neraka.

Allah berfirman:

وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ﴿٧١﴾ ثُمَّ نُنَجِّى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ وَّنَذَرُ ٱلظَّـٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا ﴿٧٢

"Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang lalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut." (QS.19:71-72)

Allah berfirman:

وَيُنَجِّى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ ٱلسُّوٓءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita." (QS.39:61)

5. Terpelihara dari tekanan hidup.
Dengan takwa rizki senantiasa datang melimpah tanpa diduga, senantiasa hidup berlapang dada dan mendapat pahala yang besar.

Allah berfirman:

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا ﴿2﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ


"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (QS.65:2-3)

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مِنْ أَمْرِهِۦ يُسْرًا

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS.65:4)

ۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّـَٔاتِهِۦ وَيُعْظِمْ لَهُۥٓ أَجْرًا

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya." (QS.65:5)

6. Allah menjajikan surga bagi yang bertakwa.


Allah berfirman:

تِلْكَ ٱلْجَنَّةُ ٱلَّتِى نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيًّا

"Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa." (QS.19:63)

مَّثَلُ ٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ

"(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa...." (QS.47:15)

وَأُزْلِفَتِ ٱلْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa," (QS.26:90)

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّـٰتِ ٱلنَّعِيمِ

"Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya." (QS.68:34)

(إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّـٰتٍ وَنَهَرٍ ﴿٥٤﴾ فِى مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍۭ ﴿٥٥

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,
di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa." (QS.54:54-55)

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَٮٰكُمْ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu." (QS.49:13)

Allah telah menjajikan kemuliaan di sisi-Nya dengan takwa, bukan karena oleh sebab keturunan, harta kekayaan, dan bukan oleh sebab-sebab yang lain. Bukankan dengan takw itu Allah dan Rasul-Nya telah menjajikan berbagai kebaikan, kebahagiaan, derajat dan kebajikan, kesempurnaan dan kemenangan, harta kekaaan dan keuntungan. Semua itu terlalu panjang untuk diungkapkan, dan terlalu sulit untuk dihitung.