01 Desember 2009

MUNAJAT SEBAGAI SARANA CURHAT


Curhat dengan kekasih yang aku cinta adalah hal yang sangat indah, mengasyikan dan menyegarkan, rasanya seperti dunia ini tak berpenghuni selain aku dan kekasihku. Hingga jiwa ini terasa luas. Semua sirna dan lupa dengan segala yang ada. Getar-getar jiwa dan luapan rasa, mendesak angan dan pikiran hingga mabuk kepayang. Pujian dan sanjunga tak henti-hentinya terucapkan, meski bibir ini mengering dan suara tinggal bisikan sungguh aku tak pernah memperdulikan. Karena semburan cinta di dada berkobar makin membara. Dialah kekasih yang selalu kupuja dan membuatku bahagia. Kucurahkan segala harapan dan kutumpahkan segala sanjungan. Damai jiwa ini, temtram hati ini jika aku ada di sisinya. Aku tak lagi punya rindu, karena kekasihku kini hadir bersamaku. Langit tak lagi tinggi, arah tak lagi memiliki jarak, langkah-langkahku telah kutinggalkan beberapa saat yang lalu, kini terhenti dihadapan wajah kekasihku. Begitu juga desiran angin-angin malam, ombak-ombak di lautan, suara makhluk penghuni alam, gemercik air sungai-sungai, semua terhenti menyaksikan perjumpaan. Aku dan kekasihku......dst.

Mungkin masih banyak yang harus aku ungkapkan, tapi karena terbatasnya kata yag aku punya. Rasanya jika memang benar-benar terjadi, aku bisa bercinta dan menjadikan Allah sebagai kekasihku dan aku menjadi kekasihNya, mungkin aku tak bisa lagi menulis di blog ini. Karena apalah arti menulis di sini dibanding dengan nikmatnya perjumpaan dan memandu kasih dengan Allah. Sungguh suatu kenikmatan yang tak bisa tergambarkan, dan dapat melupakan segala yang terlintas dalam pikiran. Banyak kita saksikan seorang manusia yang dilanda cinta dengan sesama, mereka dibuatnya buta, mabuk dan lupa segala-galanya. Itu baru cinta kepada sesama manusia, makhluk yang tidak lepas dari unsur kelemahan dan kecacatan. Sedang Allah, adalah Tuhan sumber dan pencipta segala keindahan, sempurna dalam Dzat, sifat maupun perbuatan. Adanya adalah tunggal, tak ada yang serupa denganNya, Dia melampaui waktu yang kini dan yang akan datang, tak ada masa yang membelakangi dan juga memaksa menyusulnya, tak ada penyingkapan yang bisa menampakanNya atau pun penutup yang menyembunyikanNya, tak ada bilangan yang dapat menghimpunNya, tidak juga lawan yang mencegahNya, tidak ada batas yang memangkasNya, tidak juga tempat yang melingkupiNya, tidak ada alam yang mampu menawanNya, tidak juga mata yang bisa menatapnya, di alam was-was, tak ada pengetahuan yang mampu menggambarkanNya. KeagunganNya meninggi sejak masa tak terhinga. Yang tak mengenal ketergeseran, juga tidak perubahan. Kerajaannya abadi dan tak ada sesuatu yang mencukupiNya. (Al Qusyairiyah)

Kita sama maklum bahwa, cinta itu datangnya dari pandangan kepada sesuatu yang kita kenal. Kita tidak mungkin mencintai sesuatu atau seseorang yang tidak kita kenal. Jika perkenalan itu sudah masuk dalam wilayah hati, maka biasanya akan timbul getaran yang memberikan sinyal pancaran cinta. Pancaran cinta yang terus menerpa hati atau jiwa, maka bagai percikan api yang jatuh dalam tumpukan jerami, kita bisa bayangkan apa yang bakal terjadi. Percikan api cinta akan segera membuat bara yang ahirnya menyala. Orang-orang yang dapat bercinta dengan Allah, merekalah yang benar-benar mengenal keindana-Nya. Lalu mereka menyingkirka segala bentuk-bentuk kemaujudan lain yang dapat menutupi hatinya, hingga keindahan cahaya Ilahi langsung jatuh menyinari.

Para ahli pencinta, biasa membuat lubang dengan membuka beberapa atap genteng rumah hatinya jika mereka tidak mampu membuka semuanya, agar sinar-sinar cahaya ilahi masuk ke dalam ruang hatinya. Lubang inilah yang mereka penuhi dengan munajat, dzikir, do'a-da'a, sebagai sarana dialog dan curahan hati pada sang Pencipta, Allah SWT dimana mereka ingin menjadi kekasih-Nya.

Berikut ini aku tuliskan beberapa contoh munajatnya orang-orang saleh:

Tuhanku, akulah hamba yang fakir dalam kekayaanku, maka bagaimana tidak akan merasa fakir dalam kefakiranku.

Tuhanku, akulah hamba yang bodoh dalam ilmu pengetahuan ini, maka bagaimana takkan lebih bodoh lagi dalam hal-hal yang masih bodoh.

Tuhanku, dari padaku pasti akan terjadi sesuatu yang layak dengan sifat kerendahan, kekurangan dan kebodohanku, dan dari pada-Mu ya Allah pasti akan terbit segala hal yang layak dengan kemuliaan dan kebesaran-Mu.

Tuhanku, Engkau telah menyebu diri-Mu dengan sifat lemah lembut terhadap hamba-Mu sejak sebelum adanya kelemahanku, maka apakah kini Engkau tolak diriku dari kedua sifat-Mu itu, setelah nyata adanya kelemahan dan kebutuhanku?

Tuhanku, jika timbul dari padaku amal kebaikan, maka itu semata-mata karena karunia-Mu, dan Engkau yang berhak untuk menuntut padaku, sebaliknya jika terjadi kejahatan dari padaku, maka itu semata-mata karena keadilan-Mu dan Engkau tetap berhak menuuntutku atas kejahatan itu. Tuhanku, bagaimana Engkau kembalikan padaku untuk mengurusi diriku padahal Engkau telah menjamin aku, dan bagaimana aku akan hina padahal Engkau yang menolong aku dan bagaimana aku akan kecewa jika Engkau yang kasih padaku.

Inilah aku mendekat pada-Mu dengan perantara kefakiranku pada-Mu, an bagaimana aku dapat berperantara kepada-Mu dengan sesuatu yang mustahil akan dapat sampai kepada-Mu. Dan bagaimana aku akan menyampaikan hal keadaanku kepada-Mu, padahal tak ada satu pun yang tersembunyi dari pada-Mu. Dan bagaimana akan aku jelaskan halku pada-Mu, sedang kata-kata itu pula dari pada-Mu. Atau bagaimana aku akan kecewa pada harapanku, padahal aku telah datang menghadap-Mu. Dan bagaimana tidak akan menjadi baikkeadaanku, sedang ia berasal dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu.

Tuhanku, alangkah besar lunak_mu terhadap diriku, padahal sangat dunguku, dan alangkah besarnya rahmat-Mu kepadaku meski sangat buruknya perbuatanku.

Tuhanku, alangkah dekat-Mu padaku, dan alangkah jauhku dari-Mu.

Tuhanku, alangkah kasih-Mu padaku, maka apakah yang telah menutupi aku dari pada-Mu.

Tuhanku, tatkala terbungkam lisanku oleh sebab dosa-dosaku, maka tebukalah lisan ini oleh karena melihat kemurahan-Mu yang tak terhingga. Dan tatkala aku berputus asa untuk mendapatkan rahmat-Mu oleh karena sifatisifat kerendahanku, maka terbukalah harapanku bila melihat pemberian-pemberian-Mu.

Tuhanku, inilah kehinaanku yang nyata dihadapan-Mu, dan inilah keadaankutak tersembunyi dari pada-Mu. Dari-Mu aku mohon supaya dapat sampai kepada-Mu. Dan dengan Engkau aku mencari hidayah kepada-Mu. Maka berilah kepadaku hidayah dengan nur cahaya-Mu untuk sampai kepada-Mu, dan tegakkanlah aku dalam kesungguhan pengabdianku di hadapan-Mu.

Masih banyak bentuk-bentuk munajat yang indah dan mengharukan, yang ditulis oleh orang-orang shaleh dan arif yang mengetahui hakikat dirnya sebagai i seorang hamba, dan hakikat Allah Tuhan pencipta.

--------------
musthaf_merenung
contoh munajat bersumber dari kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah.